Mohon tunggu...
prasetya yuwono
prasetya yuwono Mohon Tunggu... -

saya adalah seorang mahasiswa tolol dari PGSD UNS KAMPUS VI KEBUMEN dg NIM K7109151

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ketertarikan dan Kebutuhan Untuk Belajar

4 Januari 2011   05:32 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:59 482
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Dalam pembelajaran sering kita jumpai anak yang kurang menyukai materi, namun hal ini bisa diatasi dengan menarik anak agar tertarik pada pembelajaran tersebut. Sebagai guru haruslah pandai-pandai mengatur skenario agar anak merasa nyaman saat melaksanakan kegiatan belajar.

Contoh dari membuat anak tertarik untuk belajar. Saat guru masuk kelas biasanya masih ada anak yang belum siap untuk belajar, maka ajaklah anak-anak untuk melakukan hal yang ia senangi. Contohnya mengajak mereka untuk menonton film, namun carilah film yang dapat sebagai contoh atau pengaplikasian dari materi yang akan dipelajari. Seusai menonton film ajak anak-anak menganalisis kejadian kejadian dalam film yang mengenai materi. Misal materi yang akan dipelajari adalah budi pekerti, ambil atau cari film tentang perbuatan baik dan buruk. Setelah menonton ajak murid untuk menentukan hal mana yang baik dan hal mana yang buruk. Kemudian buat suasana diskusi, karena hal ini dapat melatih anak untuk berpikir kritis. Sebelum anak berdiskusi minta anak untuk menunjukan contoh yang pernah dilakukan yang termasuk perbuatan baik dan perbuatan buruk, ini dapat memberikan pemahaman tentang pengertian. Setelah contoh yang diberikan anak semua benar, buat anak berdiskusi dengan kelompoknya untuk mencari apa pengertian perbuatan baik dan perbuatan buruk dan juga berikan contoh cerita yang berbeda untuk anak analisis apakah itu perbuatan baik atau perbuatan buruk. Dengan metode ini, diharapkan dapat memberikan warna cara belajar anak yang semula anak tersebut sulit untuk diajak belajar menjadi tertarik untuk belajar karena anak tertarik pada sesuatu dan pada cara ini anak dibuat agar secara tidak sadar kalau mereka itu sedang belajar.

Metode ini cocok untuk selingan saat anak jenuh pada cara belajar dengan metode-metode belajar seperti hanya berdiskusi biasa. Kendala dari metode ini adalah anak jadi terbiasa atau bosan dengan metode pembelajaran yang biasa saja tanpa ada sesuatu yang menyenangkan bagi anak.

Metode selanjutnya adalah untuk membuat anak menjadi aktif dengan memperdayakan hakekat manusia yaitu manusia akan mencari dimana ia sedang membutuhkan. Metode ini digunakan saat anak mulai bosan dengan metode pembelajaran yang hanya didalam kelas seperti ceramah.

Pada hakekatnya manusia akan mencari saat mereka membutuhkan. Hal ini juga berlaku pada anak. Anak yang membutuhkan sesuatu untuk memecahkan masalah, akan mencari sumber untuk dapat memecahkan masalah tersebut.

Contoh saat pelajaran IPA, anak dituntut untuk melakukan percobaan tentang jenis biji. Karena anak ingin tahu jenis biji termasuk biji dikotil dan monokotil, anak akan membuka buku. Akan tetapi metode ini tidak akan berjalan dengan baik apabila guru terus memberikan yang ia butuhkan. Contohnya guru saat memberikan tugas untuk pratik, guru memberi tahu hal-hal apa saja yang perlu dipersiapkan untuk kegiatan praktikum. Metode ini bukan untuk membuat anak bingung, melainkan membuat anak untuk berpikir dan terus belajar/mencari. Jika anak terus berpikir dengan mencermati, menganalisis, dan mencari solusi masalah yang dihadapi dengan memperdalam materi yang ia punya, maka anak setidaknya akan menjadi seorang yang kritis. Metode ini menurut saya nyaris sempurna tetapi bagaimana pun ini hanya suatu yang dibuat manusia. Menurut saya disini kendalanya adalah untuk anak yang mempunyai kemampuan/IQ yang agak kurang. Mereka sebenarnya mampu tetapi tidak sebaik yang berkemampuan/IQ tinggi karena dalam metode ini anak dituntut berpikir cepat. Untuk anak yang seperti itu lebih baik menggunakan metode yang menyenangkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun