Mohon tunggu...
prasetya yuwono
prasetya yuwono Mohon Tunggu... -

saya adalah seorang mahasiswa tolol dari PGSD UNS KAMPUS VI KEBUMEN dg NIM K7109151

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Belajar dari Teori Belajar

9 November 2010   16:59 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:44 524
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Ada berbagai macam teori belajar dan pembelajaran yang telah lalu, tetapi pernahkah anda berfikir kita juga masih menalaminya? mungkin ini sudah tak asing lagi. Tetapi penulis ingin mengajak kembali mengingatnya. Kira kira seperti apa pembelajaran masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang? Mari kita pelajari bersama.

Analisis Teori Behavioristik

Secara umum teori behavioristik lebih melihat sosok atau kualitas manusia dari aspek perilaku yang dapat dilihat. Perilaku dalam pandangan behavioristik dijelaskan melalui pengalaman yang dapat diamati, bukan melalui proses mental. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah stimulus dan respon. Faktor yang dianggap penting adalah factor pengukuran dan faktor penguatan. Bila penguatan ditambahkan maka respon akan semakin kuat begitu pula sebaliknya.

Dalam teori behavioristik dijelaskan adanya penguatan dan hukuman dalam proses belajar mengajar. Bila hal ini diterapkan dalam pembelajaran memang sangat berpengaruh terhadap siswa karena siswa memang membutuhkan penguatan. Adanya hukuman juga dapat membuat siswa sadar akan kesalahannya dan tidak mengulangnya kembali.

Adanya pencapaian target tertentu membuat siswa juga tidak kreatif dan tidak produktif inilah yang menjadi kelemahan teori tersebut. Teori behavioristik juga banyak dikritik karena seringkali tidak mampu menjelaskan situasi belajar yang kompleks, sebab banyak hal yang berkaitan dengan pendidikan dan belajar yang dapat diubah menjadi sekedar hubungan stimulus dan respon. Teori ini tidak mampu menjelaskan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam hubungan stimulus dan respon.

Analisis Teori Kognitif

Teori kognitif merupakan suatu bentuk proses untuk membangun atau membimbing siswa dalam melatih kemampuan mengoptimalkan proses pemahaman terhadap suatu objek. Jadi, teori ini lebih menekankan bagaimana proses atau upaya untuk mengoptimalkan kemampuan.

Teori ini dalam proses belajar sangat berpengaruh terhadap kemajuan intelektual siswa. Namun, disisi lain perkembangan moral kepribadian siswamenjadi sangat miskin karena teori ini hanya mengoptimalkan kemampuan intelektual saja tidak memperhatikan aspek moral. Hendaknya pada proses pembelajaran harus mampu menjaga keseimbangan antara kognitif dan afeksi sehingga peserta didik memiliki intelektual dan kepribadian yang berkualitas.

Analisis Teori Konstruktivisme

Menurut teori ini belajar adalah proses untuk membangun pengetahuan melalui pengalaman nyata dari lapangan. Jadi pembelajaran harus mampu memberikan pengalaman bagi siswa.

Teori ini memberikan kebebasan bagi peserta didik untuk belajar dimanapun dan kapanpun tidak harus di dalam kelas sehingga memberikan ruang yang luas untuk memperoleh pengetahuan. Maka peserta didik tidak boleh pasif. Untuk itu guru perlu menjadi fasilitator dalam proses pembelajaran.

Analisis Teori Humanistik

Teori ini menjelaskan bahwa proses belajar harus dimulai dan ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia. Teori ini lebih menekankan bagaimana persoalan manusia dari berbagai dimensi yaitu dimensi kognitif, afektif, dan psikomotor.

Dalam teori ini lebih menekankan pada perkembangan kepribadian individu untuk membangun hal-hal yang positif erat kaitannya dengan emosi positif. Individu diajak untuk bertindak jujur, menghargai, menghormati orang lain dan sikap emosi positif lainnya. Selain itu peserta didik dapat juga diajarkan tentang kemampuan berimajinasi agar kemampuan otaknya dapat berkembang.

Pergeseran Teori Behaviorisme

Teori pembelajaran behaviorisme menekankan bahwa proses pembelajaran lebih menekankankan pada pemberian stimulus dan respon. Pada teori pembelajaran ini kualitas manusia dilihat dari aspek perilaku yang dapat dilihat secara nyata. Jadi, meskipun siswa sudah manguasai materi yang diberikan apabila perilakunya tidak berubah maka dia tetap saja dianggap belum belajar. Disini guru sebagai pusat dalam pembelajran. Berhasil dan tidaknya pembelajaran tergantung pada stimulus yang diberikan oleh pendidik. Peserta hanya menerima apa yang disampaikan oleh pengajar.

Teori ini cenderung mengarahkan siswa untuk berfikir linear, tidak kreatif dan tidak produktif. Menurut teori ini belajar hanya merupakan proses pembentukan yang membawa siswa mencapai target tertentu sehingga menjadikan siswa tidak bebas untuk berkreasi.

Di Indonesia model pembelajaran ini masih sering dijumpai. Hal ini sungguh memprihatinkan karena ada pemberian hukuman tidak memberikan efek jera akan tetapi justru membuat siswa menjadi tertekan dan pada akhirnya bisa memberontak. Hal ini mulai disadari sehingga seiring dengan perkembangan zaman perkembangan teori ini mulai tergeserkan diganti dengan model pembelajaran baru yang dianggap lebih efektif dan efisien.

Teori Kognitivisme

Pada hekekatnya teori kognitif adalah sebuah teori pembelajaran yang cenderung melakukan praktek yang mengarah pada kualitas intelektual peserta didik serta proses atau upaya untuk mengoptimalkan kemampuan aspek rasional anak. Teori ini merupakan bentuk teori belajar yang membimbing siswa dalam melatih kemampuan mengoptimalkan proses pemahaman terhadap sesuatu obyek.

Pembelajaran di Indonesia pada umumnya lebih cenderung berorientasi pada intelektual. Teori kognitif lebih menekankan pada bagaimana informasi diproses dan menghasilkan sebuah informasi.

Keunggulan teori ini adalah lebih menghargai proses pembelajaran dibandingkan dengan menilai hasil pembelajaran itu sendiri. Jadi apabila diterapkan dalam proses pembalajaran yang sesungguhnya guru harus benar-benar memahami tahap-tahap perkembangan dan kemampuan muridnya dalam menguasai materi-materi yang telah diberikan, hal ini dimaksudkan agarpembelajaran dapat berjalan lebih efektif dan efisien.

Pergeseran Teori Konstuktivisme

Pada teori konstruktivisme lebih menekankan pada pengembangan potensi siswa, dimana guru hanya sebagai fasilitator saja sehingga siswa dituntut untuk aktif, kreatif, dan kritis. Pembelajaran yang dilaksanakan harus mampu memberikan pengalaman nyata pada siswa. Semua fasilitas dan suasana didesain senyaman mungkin agar pembelajaran terasa menyenangkan. Di dalam pembelajaran ini guru bukan merupakan satu-satunya sumber belajar bagi siswa. Siswa diberikan kebebasan untuk berpendapat. Sehingga proses pembelajaran bersifat demokratis.

Model pembelajaran ini sudah lebih baik karena menempatkan siswa sebagai subjek dalam pembelajaran. Selain itu juga melatih siswa untuk berpikir kreatif. Sayangnya jika teori ini diterapkan secara murni siswa yang berkemampuan kurang dalam belajar akan tertinggal dari teman-teman yang lainya.

Seiring dengan perkembangan zaman, dalam proses pelaksanaanya teori konstruktivisme mengalami pergeseran dimana menglami kemajuan karena dibantu dengan perkembangan teknologi.

Pergeseran Teori Humanistik

Tujuan belajar dari teori humanistik adalah memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika siswa dapat memahami diri sendiri dan lingkungan. Pada teori ini guru juga hanya sebagai fasilitator yang memberikan arahan dan motivasi. Guru sebagai fasilatator harus mampu menciptakan situasi yang kondusif agar siswa memiliki kebebasan untuk beraktualisasi dan berpikir.

Teori ini bersifat ideal yaitu memanusiakan manuasia sehingga mampu memberikan arahan terhadap semua komponen dalam pembelajaran. Teori ini mementingkan siswa agar berfikir dan aktif dalam proses pembelajaran. Jadi, ada kemiripan antara teori konstruktivisme dan teori humanisme.

Kesimpulannya semua teori itu baik. Tergantung pada situasi atau konteks. Gaya belajar tiap individu berbeda beda. Ada yang dengan menghafal, memahami, mengimajinasikan, dan lain lain. Tugas guru sekarang adalah menjadi motivator dan fasilitator bagi siswanya untuk menemukan gaya belajar masing masing. Saat ini diharapkan guru mampu menciptakan teori sendiri dengan melihat teori sebelumnya dan membaca situasi. Jadi, seorang pendidik hendaknya selalu memikirkan baaimana cara agar siswanya mampu menerima materi yang diberikan dengan baik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun