Mohon tunggu...
prasetya yuwono
prasetya yuwono Mohon Tunggu... -

saya adalah seorang mahasiswa tolol dari PGSD UNS KAMPUS VI KEBUMEN dg NIM K7109151

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kritis Bukan Sekarat (Part 1)

9 Desember 2010   09:43 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:52 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berfikir Kritis

Menurut Anggelo (1995: 6), berpikir kritis adalah mengaplikasikan rasional, kegiatan berpikir yang tinggi, yang meliputi kegiatan menganalisis, mensintesis, mengenal permasalahan dan pemecahannya, menyimpulkan, dan mengevaluasi.

Sedangkan oleh Scriven, berpikir kritis yaitu proses intelektual yang aktif dan penuh dengan keterampilan dalam membuat pengertian atau konsep, mengaplikasikan, menganalisis, mensistesiskan, mengevaluasi. Semua kegiatan tersebut berdasarkan hasil observasi, pengalaman, pemikiran, pertimbangan, dan komunikasi, yang akan membimbing dalam menentukan sikap dan tindakan.

Pembelajaran kritis bertujuan melakukan perubahan tatanan sosial guna membentuk pemahaman baru (berbeda tetapi lebih baik), berarti tentang sistem pemberdayaan yang menyeluruh dan melampaui batas-batas teori dari yang tersedia, serta berbicara tentang keterkaitan antara teori dan permasalahan yang dihadapi dengan mempelajari situasi yang ada.

Pembelajaran kritis adalah pembelajaran yang bertujuan untuk memanusiakan manusia, yaitu proses dimana pendidik membantu peserta didik untuk mengenal serta mengungkap permasalahan secara kritis dan nyata.

Dalam pandangan Freire pembelajaran kritis didalamnya terdapat semangat konsientisasi, proses dimana manusia berpartisipasi secara kritis dalam aksi perubahan. Salah satu poin penting dalam konsientisasi adalah mengenal situasi, situasi yang dinamis dalam suatu proses. Konsientisasi mensyaratkan kejelasan atas apa yang ada. Disinilah peran pembelajaran sebagai pilot project, yakni untuk mencapai kesadaran kritis sehingga pembelajaran juga berperan melakukan kritik terhadap pengetahuan yang sebelumnya ada pada peserta didik.

Dengan pendekatan ini, yang semula sudah menghilangkan posisi guru sebagai satu-satunya subjek menuju ke pandangan adanya hubungan antara guru dan siswa yang diposisikan sebagai subjek pembelajaran, terlebih materi pembelajaran sangat berkaitan dengan kenyataan.

Dalam pembelajaran kritis para pendidik harus bekerja dengan berdasarkan pengalaman anak didik dalam proses pembelajaran. Murid diasumsikan memiliki kemampuan aktif, memilih bahan dan materi yang dianggap bermanfaat, memikirkan cara terbaik untuk belajar menganalisis dan menyimpulkan serta mampu mengambil manfaat pendidikan. Karena fungsi guru disini sebagai fasilitator.

Pendidik bukan menuruti segala kemauan peserta didik tetapi antara keduanya harus terjalin hubungan dialogis, guru tetap mempunyai peran besar untuk membantu mereka dalam peroses pembelajaran, dan etika serta moralitas antara keduanya harus tetap ditegakkan.

Dalam pembelajaran kritis melibatkan tiga unsur sekaligus yaitu pendidik,peserta didik, dan realitas. Pendidik dan peserta didikadalah subjek, sementara realita adalah objek. Antara pendidik dan peserta didik memiliki hubungan yang sejajar. Dalam proses ini pendidik memberi bahan untuk dipertimbangkan oleh peserta didik.Dan pertimbangan pendidik diuji kembali dengan pertimbangan peserta didik. Jadi hubungan keduanya sejajar. Objek mereka adalah masalah yang dihadapi.

Pendidik dan peserta didik bertumpu pada pemahaman, pengalaman dan pengetahuan masing-masing. Yang perlu dilakukan adalah dialog, saling berbicara apa yang mereka pahami dan bukan menghafal. Jadi tujuan pembelajarankritis adalah membuat anak didik lebih kritis dan membentuk pandangan untuk mencapai pola pikir yang kritis.

Menjadikan Anak Berpikir Kritis

Berpikir kritis adalah kemampuan menilaian suatu pernyataan berdasarkan pada fakta dan pertimbangan. Pemikir kritis mampu mencari kekurangan yang terdapat dalam yang tidak didukung fakta. Berpikir kritis mencakup kemampuan untuk bersikap kreatif dan konstruktif, kemampuan memberi penjelasan alternatif terhadap sesuatu yang ada, dan mengaplikasikan pengetahuan baru ke berbagai masalah.

Cara berpikir kritis, pertama ajukan pertanyaan. Salah satu jenis pertanyaan pemikir kritis adalah “mengapa” yang menandakan mereka tidak menerima penjelasan sederhana. Pemicu berpikir kritis adalah rasa ingin tahu, untuk menyelidiki, dan untuk bertanya. Buatlah peserta didik banyak bertanya mengenai sesuatu.

Kedua, definisikan istilah yang digunakan. Biasanya peserta didik bertanya dengan bahasa yang agak sulit diterima peserta didik lain jadi perlu mendefinisi pertanyaan agar peserta didik lain dapat memahaminya.

Ketiga, mengidentifikasi alasan. Jika kita menerima apa yang kita baca, kita menuntut alasan yang bagus. Kita harus mengidentifikasi alasan dan bertanya apakah alasan yang dikemukakan masuk akal dengan konteksnya.

Keempat, menilai fakta. Menyimpulkan tanpa ada fakta adalah kemalasan berpikir. Pemikir kritis adalah mencari bukti yang berdasarkan fakta. Untuk menemukan bukti kita harus menghubungkan detail lain untuk mendapatkan pemahaman.

Kelima, menganalisis berbagai asumsi. Para pemikir kritis selalu mencoba mengidentifikasi dan mengevaluasi asumsi yang sudah ada. Asumsi bisa diterima apabila jelas, logis, dan didasarkan pada pengalaman yang luas.

Keenam, sudut pandang. Pemikir kritis berusaha untuk selalu menggunakan sudut pandang yang luas untuk melakukan pertimbangan. Untuk menilai sesuatu kita tidak hanya memandang satu satu sudut pandang.

Ketujuh, kesimpulan apa yang ditawarkan. Pemikir kritis selalu berhati-hati saat menguji alasan mereka, mempertimbangkan dan ketepatan bukti mereka.

Kedelapan, mengimplikasikan kesimpulan-kesimpulan. Kesimpulan hampir selalu memiliki efek samping. Jika kesimpulan yang diambil tidak merugikan, pemikir kritis akan memakai kesimpulan tersebut.

Silakan mencoba......

Ingatlah berpikir kritis adalah awal dari menjadi seorang problem solver.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun