Indonesia sebagai negara yang dikenal dengan keindahan alam dan keberagaman akan budaya dan adat istiadatnya, hal ini menjadikan indonesia dikenal oleh negara luar dan wisatawan mancanegara. Keindahan alam Indonesia menjadi suatu yang bermanfaat bagi masyarakat dan pemerintah dalam hal menunjang pertumbuhan ekonomi. Dengan mengembangkan sektor pariwisata yang ada, baik pariwisata  yang bersifat site attraction maupun pariwisata yang bersifat event attraction.Â
Menurut World Tourism Organization (WTO) Tahun 1995, pariwisata dapat diartikan sebagai kegiatan manusia yang melakukan perjalanan ke dan tinggal di daerah tujuan di luar lingkungan kesehariannya. Perjalanan wisata ini berlangsung dalam jangka waktu tidak lebih dari satu tahun secara berturut-turut untuk tujuan bersenang-senang, bisnis dan lainnya.Â
Sedangkan menurut Undang - Undang Nomor 9 Tahun 1990, Pariwisata merupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pengusahaan, daya tarik dan atraksi wisata serta usaha-usaha yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata. Pengertian ini meliputi semua kegiatan yang berhubungan dengan perjalanan wisata, dan usaha atau sarana wisata berupa usaha jasa, biro perjalanan, akomodasi dan usaha-usaha lain yang berkaitan dengan pariwisata.
Pariwisata sebagai kegiatan yang langsung menyentuh dan melibatkan masyarakat, sehingga membawa berbagai manfaat terhadap masyarakat setempat dan sekitarnya. Pariwisata mempunyai banyak manfaat bagi masyarakat dan bagi negara sekalipun, manfaat pariwisata dapat dilihat dari berbagai aspek atau segi yaitu manfaat pariwisata dari segi ekonomi, sosial budaya, lingkungan hidup, nilai pergaulan dan ilmu pengetahuan, peluang dan kesempatan kerja. Namun terlepas dari manfaat tersebut diperlukan tourist supply untuk mengembangkan pariwisata.Â
Tourist Supply merupakan prasarana dan sarana kepariwisataan. Prasarana kepariwisataan sangat perlu dipersiapkan atau disediakan bila akan mengembangkan industri pariwisata, karena pada hakikatnya kegiatan pariwisata tidak lain adalah kegiatan yang dapat menunjang sektor perekonomian juga. Dengan demikian tujuan dan manfaat pariwisata sangat menguntungkan bagi masyarakat dan pemerintah serta, menjadi manfaat juga bagi wisatawan yang merasakan langsung manfaat dan keindahan pariwisata yang ada.
 Dalam sektor pariwisata, ada beberapa komponen penyuplai yang menentukan berhasil atau tidaknya daerah tujuan wisata diantaranya :Â
1. Attraction adalah segala hal yang mampu menarik wisatawan untuk berkunjung ke kawasan wisata. Dalam hal ini attraction terdiri dari dua jenis yaitu :Â
a. Site attraction yaitu jenis atraksi ini berhubungan dengan obyek wisata diantaranya pemandangan alam yg indah, iklim yg nyaman, tempat bersejarah. contohnya gunung Merbabu, candi Borobudur, Pantai losari dll.
b. Event attraction yaitu yang berhubungan dengan peristiwa atau acara yg istimewa seperti  Festival, pameran, seminar dan wisuda.
2. Accessibility adalah akses mencakup fasilitas sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh wisatawan untuk menuju destinasi wisata, sehingga harus tersedia jasa seperti penyewaan kendaraan dan transportasi lokal, rute atau pola perjalanan (Cooper dkk, 2000).
3. Amenities adalah berbagai fasilitas pendukung yang dibutuhkan oleh wisatawan di destinasi wisata. Amenities meliputi beragam fasilitas untuk memenuhi kebutuhan akomodasi, penyediaan makanan dan minuman (food and beverage), tempat hiburan, tempat perbelanjaan (retailing), dan layanan lainnya seperti bank, rumah sakit, keamanan dan asuransi (Cooper dkk, 2000).
4. Ancillary adalah dukungan yang disediakan oleh organisasi, pemerintah pusat/daerah, kelompok atau pengelola destinasi wisata untuk menyelenggarakan kegiatan wisata (Cooper dkk, 2000).Â
Selain dari empat komponen diatas, perjalanan wisatawan dapat dipengaruhi oleh beberapa komponen diantaranya (motivasi, kemampuan finansial, kemampuan waktu dan kemampuan fisik). Motivasi wisatawan, kemampuan finansial, kemampuan waktu, dan kemampuan fisik ini harus dipenuhi dan diseimbangi oleh pelaku perjalanan dalam menuju objek wisata yang ditujukan.
Dengan beberapa komponen diatas, bisa menjadi kita jadikan acuan untuk menganalisis daerah tujuan wisata yang memiliki tingkat pengunjung wisata yang ramai pengunjung dan objek tujuan wisata yang sepi pengunjung. Pada kesempatan kali ini penulis akan menganalisis  objek wisata Taman Nasional gunung Merbabu Provinsi Jawa Tengah. Secara geografis, Taman Nasional Gunung Merbabu terletak pada 110 32'BT --110 48'BT dan 7 38' LS --7 48' LS dengan ketinggian tempat mencapai 3.142 meter di atas permukaan air laut (mdpl). Secara administratif, TNGMb Provinsi Jawa Tengah berbatasan langsung dengan 37 desa yang termasuk dalam tujuh kecamatan di wilayah tiga kabupaten, yaitu Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Semarang. Luas kawasan hutan TNGMb berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 135/Menhut-II/2004 tentang Perubahan Fungsi Hutan Lindung dan Hutan Wisata Alam pada Kelompok Hutan Gunung Merbabu, seluas 5.725 Ha. Berdasarkan hasil penataan batas kawasan hutan yang telah dilakukan oleh Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XI melalui kegiatan rekonstruksi di wilayah Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Semarang pada tahun 2007 serta tata batas kawasan di wilayah Kabupaten Magelang pada tahun 2005, luas kawasan TNGMb sebesar 5.963,30 ha. Berikut merupakan foto pemandangan di puncak Gunung Merbabu :
Dalam hal ini penulis akan menganalisis dan membandingkan antara  jalur - jalur pendakian gunung Merbabu.  Sebelumnya penulis akan menampilkan peta jalur pendakian gunung Merbabu. Berikut merupakan peta jalur pendakian yang di berada di Taman Nasional Gunung Merbabu Provinsi Jawa Tengah :
Berikut penjelasan tentang  jalur- jalur pendakian Taman Nasional Gunung Merbabu Provinsi Jawa Tengah. Dalam hal ini penulis akan membandingkan dua jalur pendakian Taman Nasional Gunung Merbabu yaitu jalur pendakian via Selo dan jalur pendakian via Suwanting :
1. Jalur pendakian gunung Merbabu via Selo (Boyolali)
Jalur pendakian gunung Merbabu via Selo merupakan jalur pendakian paling populer dan ramai di gunung Merbabu. Lokasi basecamp Selo berada di desa Genting Tarubatang, Dusun I, Suroteleng, Selo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Jalur pendakian ini terkenal akan keramaiannya dikarenakan beberapa hal diantaranya :
Jalur pendakiannya landai dan cenderung mudah. Artinya, gunung Merbabu ramah untuk pendaki pemula.
Pemandangan alam dari jalur Selo sangat indah. Pendaki bisa melihat perkebunan penduduk, hutan perhutani, hutan konservasi, sabana yang sangat luas dan puncak yang menawan.
Pendaki bisa ngecamp di Sabana 2 yang terkenal indah dan memesona. Pendaki yang ngecamp di Sabana 2 dapat melihat pemandangan Sunset yang sangat cantik. Pemandangan rasi bintang di malam hari.
Pendaki bisa melihat gunung Merapi yang sangat megah dengan sangat jelas.
Fasilitas dari pihak pengelola sudah memadai. Basecamp bersih, ada RFID untuk mendeteksi keberadaan pendaki di gunung, jalur pendakian selalu dibersihkan 3 kali dalam setahun.
2. Jalur pendakian gunung Merbabu via Suwanting (Magelang)
Jalur pendakian gunung Merbabu via Suwanting adalah jalur pendakian dari arah barat gunung Merbabu. Pintu masuk jalur Suwanting berada di kabupaten Magelang. Lokasi basecamp Suwanting berada di Jl. Suwanting, Suwanting, Banyuroto, Sawangan, Magelang, Jawa Tengah. Karena pintu masuk jalur pendakian Suwanting berada di bagian barat gunung Merbabu, maka jalur pendakiannya sangat terjal. Karena bagian barat gunung Merbabu berisi deretan bukit yang sangat tinggi dan curam. Beberapa pendaki bahkan menjuluki jalur Suwanting sebagai jalur Merbabu yang nggak ada bonusnya. Dan nggak cocok untuk pendaki pemula. Karena pendaki akan full nanjak sampai puncak. Dengan demikian jalur pendakian via suwanting ini memiliki kesulitan dan kurang direkomendasikan untuk pendaki pemula di antaranya dikarenakan :
Jalur pendakian Suwanting berada di bagian barat gunung Merbabu. Di mana, area sebelah barat gunung Merbabu tidak ada bukit atau lembah yang landai. Semua tinggi, dan curam. Kemiringan rata-rata tanjakan di jalur Suwanting adalah 30,8 derajat. Pada beberapa medan pendakian, ada tanjakan yang kemiringannya sampai 59,1 derajat. Artinya, pendaki harus siap nanjak mulai dari basecamp sampai ke puncak.
Jalur pendakian Suwanting terkenal dengan angin dinginnya. Suhu udara di area ngecamp sekitar 3-8 derajat Celcius di malam hari. Artinya, pendaki butuh tenda anti angin agar tetap hangat selama bermalam di area pos 3.
Jarak pendakian dari basecamp ke puncak Triangulasi gunung Merbabu sekitar 6,45 km. Artinya, jalur Suwanting jauh lebih berat daripada jalur Selo 5,75 Km. Belum lagi jalur pendakian Suwanting penuh tanjakan sejak awal pendakian.
Akan tetapi kendati demikian, walaupun jalur via Suwanting dikenal dengan berat dan penuh tantangan, jalur Suwanting punya daya tarik yang tidak kalah memukau dari jalur pendakian Via Selo. Karena pendaki dapat melihat pemandangan alam gunung Merbabu dari sisi barat, dapat melihat matahari terbenam dengan panorama gunung Merapi, dan masih banyak keunikan dan kecantikan yang ditawarkan oleh jalur pendakian via Suwanting ini.
   Berikut merupakan beberapa dokumentasi penulis ketika mendaki gunung Merbabu via Suwanting pada akhir bulan Juli 2022 lalu.Â
Gambar 3,dan 4: Dokumentasi Pendakian Gunung Merbabu Via SuwantingÂ
Dengan demikian dapat kita tarik kesimpulan bahwa suatu daya tarik daerah tujuan wisata tidak terlepas dari komponen-komponen daerah tujuan wisata tersebut. Diatas sudah dijelaskan bahwa Taman Nasional Gunung Merbabu memiliki keindahan alam dan pemandangan yang luar biasa. Di atas juga sudah dijelaskan perbandingan jalur pendakian yang ramai menuju puncak Merbabu. Jalur pendakian Selo merupakan jalur pendakian yang ramai karena kemudahan dan keindahan alam yang ditawari. Sedangkan jalur pendakian Suwanting merupakan jalur pendakian yang menantang dan berat akan tetapi pemandangan yang ditawarkan juga sangat indah dan menarik.
Daftar Pustaka
Saragih.M.G. dkk. (2021). Kajian Dasar Pariwisata.Â
Wirawan.P.E & Semara. I.M.T (2021). Pengantar Pariwisata.Â
Sugiama, A Gima (2013), Tourism Asset Management:The Effect of Service Quality on Tourist Satisfaction and Loyalty (Manajemen Aset Kepariwisataan: Pelayanan Berkualitas agar Wisatawan Puas dan Loyal), Edisi 1, Guardaya Intimarta, Bandung.Â
KLHK Boyolali (2014). ZONASI TAMAN NASIONAL GUNUNG MERBABU.
Penulis: Prasetiawan (Mahasiswa Geografi Universitas Indonesia)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H