Mohon tunggu...
YANELIS PRASENJA
YANELIS PRASENJA Mohon Tunggu... Administrasi - Tukang Sol Sepatu

Prasenja adalah namaku, aku hanyalah orang yang biasa saja. http://prasenja.com/

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Belanja Tanpa Uang? Apa Mungkin!!

16 Mei 2015   03:58 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:59 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_361803" align="aligncenter" width="600" caption="Kartu Elektronik (Prasenja)"][/caption]

Belanja tanpa uang? Sepertinya tidak mungkin ya!! Namun sekarang, di era digital dan elektronik, semua bisa terjadi. Yang dimaksud belanja tanpa uang disini adalah dengan tidak menggunakan uang secara fisik berupa lembaran uang kertas atau uang coin, namun dapat menggunakan debit atau kartu kredit yang dikeluarkan bank. Sebenarnya banyak keuntungan dari menggunakan uang elektronik antara lain menghemat biaya pengelolaan uang seperti: perencanaan, pencetakan, pengeluaran, pengedaran, pencabutan dan penarikan, serta pemusnahan oleh Bank Indonesia (BI), kerepotan dalam bertransaksi dalam jumlah yang besar, menjauhkan dari tindakan kriminal (pencucian uang, terorisme, rampok, begal dan lain sebagainya) serta Perencanaan ekonomi semakin akurat karena transaksi yang tercatat mengurangi shadow economy.

Sejak dicanangkannya Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) pada tanggal 14 Agustus 2014 oleh Bank Indonesia, pembayaran non tunai untuk berbagai transaksi kini lebih dimudahkan. BI dan Pemerintah sudah memperluas akses layanan keuangan serta memberikan edukasi kepada masyarakat.

Amu, seorang PNS yang tinggal di Bogor dan beraktivitas ngantor menggunakan jasa KRL pun menuturkan bahwa penggunaan uang elektronik sudah diberlakukan di KRL Jabodetabek sejak tahun lalu saat mulai dicanangkannya GNTT tersebut. “Menggunakan Commet (karcis elektronik) jadi lebih praktis, kalau terburu-buru tidak harus antri lama dan menunggu uang kembalian yang merepotkan.” Tutur Amu.

[caption id="attachment_361804" align="aligncenter" width="515" caption="Pengguna uang elektronik memamerkan kartunya. (Foto oleh Prasenja)"]

1429579279712859263
1429579279712859263
[/caption]

Lain halnya Yanto, seorang pedagang yang menggunakan kartu debit hanya untuk memudahkan dalam pengambilan uang di ATM. “Saya tidak gunakan kartu ATM (kartu debit, red) untuk belanja, karena distributor barang dagangan saya masih menggunakan uang cash, dan para pelanggan saya pun golongan menengah kebawah. Cara konvensional-lah yang kami anggap lebih praktis.” ujar laki-laki pedagang gas elpiji dan air isi ulang. “dulu saya gunakan kartu ATM untuk transfer uang ke anak saya yang kuliah di Jogja, sekarang sudah lulus, sudah jadi sarjana dan gak perlu lagi uang dari saya.” Tambah Yanto seraya tertawa.

Kemudahan transaksi menggunakan uang elektronik lainnya yaitu mempermudah transfer dana lebih cepat dan tanpa antrian di teller seperti yang dilakukan Yanto tersebut. Kepraktisan-kepraktisan seperti inilah yang harus lebih disosialisasikan sampai akar rumput dan meningkatkan keamanan dari uang elektronik tersebut agar anggapan-anggapan rumitnya dan mudah ‘dijebolnya’ dari penggunaan uang elektronik terbantahkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun