Mohon tunggu...
YANELIS PRASENJA
YANELIS PRASENJA Mohon Tunggu... Administrasi - Tukang Sol Sepatu

Prasenja adalah namaku, aku hanyalah orang yang biasa saja. http://prasenja.com/

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Media Pun Tertipu [Lagi]

4 September 2012   00:55 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:57 510
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika melihat diskusi atas pemberitaan terkait teror Solo saya hanya geleng-geleng kepala. Bagaimana tidak jika orang-orang yang dihadirkan mengatasnamakan ahli/pakar keterorisan berbicara gamblang hanya selang beberapa jam ketika tragedi tersebut terjadi.

Entah apa latarbelakang media berlomba-lomba menghadirkan mereka-mereka ini sebagai narasumber pemberitaannya. Apakah hanya ingin mengejar rating berita yang aktual atau benar-benar berniat tulus untuk mengungkap kebenaran atas kejadian tersebut atau sekedar menyajikan hiburan yang kontroversi. Entahlah dan saya tidak ingin berandai-andai diranah itu, yang ingin saya ungkapkan disini adalah adanya dua kemungkinan atas terminologi yang mereka ungkapkan.

Yang pertama adalah bahwa semua yang mereka katakan adalah dusta karena berandai-andai yang terlalu jauh sehingga akan mengaburkan fakta-fakta yang ada dan fakta-fakta yang akan diungkapkan kepolisian. Kedua adalah bagian dari komplotan teroris tersebut atau orang yang paham betul tindak-tanduk kelompok peneror tersebut.

Saat baku tembak antara Densus 88 dengan Komplotan yang diduga teroris yang mengakibatkan 2 orang tewas ditempat dan 1 anggota Densus 88 meninggal, para narasumber/pakar tersebut sudah meyakini bahwa pelakunya adalah orang berpengalaman dan sudah terlatih. Mereka dilatih di Filipina dengan strategi perang hutan dan karena mereka tidak menguasai strategi perang kota, membuat mereka mudah dilumpuhkan walaupun memakan korban di pihak kepolisian dan masih banyak statement yang wah wah lainnya. Ditambah lagi dengan komentar-komentar yang seolah-olah sudah dilakukan kajian yang sangat mendalam.

Bagaimana mungkin mereka bisa dengan mudah dan cepatnya melakukan analisa tersebut yang padahal hanya dengan memantau dari pemberitaan media saja padahal pelakunya saja dalam perjalanan ke Jakarta untuk di autopsi dan penangkapan untuk orang yang diduga pelaku lainnya beberapa hari berikutnya.

Mungkin banyak orang yang takjub dan merasa sudah mendapatkan jawaban atas kejadian tersebut ketika menontonnya. Statement dan rangkaian kata-kata yang indah dan rapi ini mendahului data dan fakta yang akan diungkapkan oleh kepolisian. Bagi saya seharusnya hal tersebut dibatasi terkait kewenangan tersebut hanya dimiliki kepolisian. Agar masyarakat tidak salah kaprah dan terhasut oleh doktrin atas komentar-komentar yang terlalu dini untuk diucapkan yang justru mendiskreditkan agama dan golongan yang lain.

Ini hanyalah opini saya yang mungkin juga tidak ada unsur kebenaran didalamnya dan karena ini hanyalah sebuah pembenaran atas argument pribadi. Wassalam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun