Mohon tunggu...
YANELIS PRASENJA
YANELIS PRASENJA Mohon Tunggu... Administrasi - Tukang Sol Sepatu

Prasenja adalah namaku, aku hanyalah orang yang biasa saja. http://prasenja.com/

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Kami Miskin dan Kami Bahagia

18 Juni 2012   08:35 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:50 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_183322" align="alignnone" width="300" caption="Senyum tulus.. (Casslirais)"][/caption] Jika kalian mau menyelami kami “si miskin” lebih jauh, tak akan keluar sedikit pun kata hinaan bagi kami. Tak akan menetes sedikit pun airmata untuk kami dan tak akan muncul istilah ketidakadilan bagi kami. Semua hasil penelitian, pemberitaan, peliputan yang melibatkan dan mengatasnamakan kami kaum miskin tidak seluruhnya benar dan dapat dipertanggungjawabkan. Dalam sudut apapun kami protes akan semua itu.

[caption id="attachment_183323" align="alignnone" width="300" caption="Tatapan si mungil. (Casslirais)"]

1340008297105316694
1340008297105316694
[/caption] Kami miskin, tetapi kami jauh lebih bahagia dari kalian. Kami bisa tertawa lepas dan berbagi keceriaan. Lihat saja canda tawa anak-anak kami, tak terkekang oleh rasa laparnya perut. Kami memang miskin bukan berarti kami tidak cukup sandang dan pangan. Bagi kami sedikit itu pun sudah cukup tidak perlu banyak dan berlebihan, karenakami tidak serakah.

Justru kami merasa tersiksa ketika kemiskinan kami diekspos dengan sebegitu hebohnya. Media-media menampilkan headline news atas status kami, politikus menjadikan kami target dari aksi kampanyenya. Mereka menampilkan dengan sebegitu berlebihannya, sehingga kami sendiri tidak tidak percaya bahwa kondisi kami sangat memprihatinkan dan bahkan mengenaskan seperti apa yang kalian tampilkan.

Bagi kami hal itu sungguh menjijikkan, karena kami tidak ingin dikasihani dengan begitu rendahnya. Kami hanya ingin rasa sayang dari kalian akan keberadaan kami, bukan rasa iba atau bahkan benci yang amat sangat kepada kami.

Berikan sedikit ruang bagi kami untuk menjalankan kemiskinan ini dengan tenang. Tak perlu lagi kalian usik dengan berjuta tetes airmata maupun isak tangis. Tanpa kalian pun kami bisa hidup dengan mandiri dalam kemiskinan ini.

Justru kalianlah yang banyak mengambil keuntungan dari kami. LSM didirikan, penggalangan dana di kedepankan, acara-acara televisi menjadi top rating dan berita tentang kami digembor-gemborkan. Semua itu sebenarnya hanya untuk meraup keuntungan diri kalian sendiri, hanya sekian persen saja yang sampai kepada kami. Apakah hal seperti itu tidak bejat namanya?

Kami ditampilkan seolah-olah menjadi orang teraniaya didunia. Airmata kami, kalian jadikan lumbung uang. Ekspresi kewajaran kami yang natural, kalian anggap rintihan. Apakah hal seperti itu tidak bejat namanya?

Sungguh atas nama kemiskinan kalian tega perlakukan kami seperti itu. Dan yang perlu kalian tahu adalah kami miskin dan kami bahagia. Camkan itu!!!

Salam, Gembel Menggugat..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun