[caption id="" align="aligncenter" width="562" caption="Ilustrasi, Tidur. (Kurator/Shutterstock)"][/caption]
Jika Anda menderita hipertensi, dan tekanan darah masih sulit dikontrol walau telah meminum lebih dari 3 macam obat anti hipertensi, coba perhatikan tidur Anda. Mendengkur? Ngorok? Cukup tidur, masih mengantuk?
Sleep Apnea dan hipertensi
Awal penemuan sleep apnea (henti nafas saat tidur), sebenarnya diawali dari penderita hipertensi. Sekolompok peneliti menemukan adanya penderita hipertensi yang cenderung mengantuk di siang hari, padahal jumlah tidurnya cukup. Di waktu itu, ini dikenal sebagai gejala utama narkolepsi. Maka diperiksakanlah para penderita hipertensi tersebut dan alih-alih narkolepsi, didapati adanya dengkuran dan henti nafas saat tidur. Sejak saat itu pemeriksaan tidur dilengkapi dengan perekaman fungsi-fungsi jantung dan nafas, selain perekaman gelombang otak, mata dan otot. Prof. Guilleminault menamai penyakit ini dengan sebutan obstructive sleep apnea.
Ngorok atau mendengkur ternyata merupakan tanda menyempitnya saluran nafas saat tidur. Jalan nafas, bisa berulang kali tersumbat selama tidur hingga akibatkan reaksi berantai yang sebabkan peningkatan tekanan darah tinggi, diabetes, penyakit jantung, stroke, kematian dan impotensi. Sleep apnea, atau henti nafas saat tidur ditandai oleh kebiasaan ngorok saat tidur. Tetapi orang yang mendengkur belum tentu menderita sleep apnea lho, harus diperiksakan dahulu untuk membedakannya.
Sayangnya hubungan hipertensi dan dengkur seolah tenggelam oleh populernya temuan baru bahwa mendengkur/sleep apnea sangat berbahaya. Baru sekitar 30 tahun yg lalu, Kales dan kawan-kawan menuliskan temuan mereka pada jurnal kedokteran terkemuka Lancet. Dalam penelitian tersebut disebutkan adanya hubungan erat antara hipertensi dengan sleep apnea yang dibiarkan tanpa perawatan. Persisnya 30% penderita hipertensi yang derita sleep apnea.
Selanjutnya sekelompok peneliti asal Spanyol memberikan data bahwa penderita sleep apnea yang dirawat menggunakan CPAP (Continuous Positive Airway Pressure), mengalami penurunan tekanan darah yang signifikan. Semakin berat dengkuran, semakin parah sleep apnea yang diderita serta semakin baik penggunaan CPAP-nya, akan semakin baik pula tekanan darahnya.
Penelitian
Penelitian yang diterbitkan pada the Journal of Clinical Sleep Medicine bulan Agustus 2014, menunjukkan bahwa tingkat keparahan sleep apnea berhubungan erat dengan peningkatan tekanan darah yang sulit dikontrol.
Penderita hipertensi yang sudah mengonsumsi lebih dari 3 macam obat antihipertensi namun tekanan darahnya masih tetap sulit dikontrol. Hipertensi yang diderita seolah membandel. Kondisi yang sering disebut sebagai resistant hypertension ini berkaian erat dengan derajat keparahan sleep apnea.
Pada penelitian tersebut dibandingkan penderita sleep apnea sedang (AHI/henti nafas 15-30/jam) dengan yang berat (AHI/henti nafas >30/jam). Pada penderita sleep apnea berat kemungkinannya menderita hipertensi walau sudah minum lebih dari 3 macam obat antihipertensi adalah 95%.