Mohon tunggu...
Pras Wibowo
Pras Wibowo Mohon Tunggu... blank -

blank

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Peron KRL yang "User Friendly"

22 Maret 2012   10:18 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:37 729
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1332411221732434927

Setiap hari menumpang KRL Commuter Line jalur Bekasi-Manggarai, setiap hari juga melihat kehebohan para penglaju pengguna jasa KRL dari Bekasi berpindah jalur/rute sesuai dengan tujuannya masing-masing di stasiun Jatinegara (yang akan ke arah Senen-Kemayoran) dan stasiun Manggarai (yang akan ke arah Sudirman-Tanah Abang). Sistem transit dan berpindah jalur/rute yang berlaku mulai 5 Desember 2011 ini sebenarnya sudah bagus, karena mengoptimalkan tingkat load KRL yang berjalan dan mempermudah pengaturan perjalanan KRL. Tapi dengan sistem ini, ada beberapa golongan yang agak dirugikan, yaitu ibu-ibu, ibu hamil, manula, dan anak-anak. Dengan peron yang terpisah, antara peron kedatangan KRL dari Bekasi dengan peron keberangkatan ke arah Senen/Sudirman, membuat golongan tersebut di atas menjadi tergopoh-gopoh menuju peron yang dituju. Masalahnya, infrastruktur peron di stasiun Jatinegara dan Manggarai tidak "user friendly". Jalur penyeberangan antar peron untung-untungan sistemnya. Kalau ada kereta yang menghalangi, mau gak mau gak bisa nyeberang karena terhalang kereta. Mesti agak memutar ke ujung depan atau ujung belakang kereta dan ya itu tadi...pasti tergopoh-gopoh. Pilihan lainnya adalah turun dari KRL dengan meloncat dari sisi KRL yang tidak berperon tinggi (sesuai tinggi KRL), dan itu lumayan berisiko kalau kepeleset lalu jatuh. Udah begitu, naik ke peron yang dituju pun mesti memanjat pula. Buat para lelaki dan atau yang masih muda-muda sih (mungkin) masih gak masalah, tapi buat ibu-ibu, ibu hamil, manula, anak-anak? Sebaiknya, dengan kondisi infrastruktur peron yang tidak (belum) user friendly seperti ini, PT KAI dan PT KAI Commuter Jabodetabek tidak hanya mengatur sistem rute dan jadwal perjalanan KRL-nya aja, tapi juga mesti memikirkan perpindahan penumpang antar jalurnya dengan merekayasa ulang lalu lintas jalur kedatangan dan jalur keberangkatan KRL. Kita sebut saja, "sistem transit 1 peron". Misalnya di Stasiun Jatinegara, sebaiknya KRL dari arah Bekasi masuk ke jalur 4 pada saat kedatangan karena jalur 4 satu peron dengan jalur 5 (keberangkatan KRL ke arah Senen-Kemayoran). Sehingga para penumpang yang turun dari KRL Bekasi bisa langsung berpindah ke KRL Senen tanpa harus pindah-pindah peron (atau bahkan sampai loncat dan panjat peron). Arah sebaliknya juga harus begitu. Tapi karena kondisi peronnya memang gak memungkinkan untuk mengakomodir "sistem transit 1 peron" pada waktu yang bersamaan, maka bisa diatur jam-jam sibuknya. Sistem transit 1 peron dari arah Bekasi ke Senen berlaku pagi s/d siang (jam 05.00 - 14.00), lalu yang dari arah Senen ke Bekasi berlaku siang s/d malam (14.00 - 23.00). Setali tiga uang dengan di Stasiun Manggarai. Penumpang KRL dari Bogor/Depok agak sedikit mendapat "anugrah" karena di rute Bogor/Depok tersedia 2 arah tujuan KRL, Sudirman-Tanah Abang dan Gambir-Jakartakota. Sehingga dari stasiun awal keberangkatan, mereka sudah bisa "memilih" mau naik KRL jurusan mana yang sesuai dengan tujuannya. Lain ceritanya untuk penumpang dari Bekasi. Mereka yang mau ke arah Sudirman-Tanah Abang, suka gak suka harus transit di Manggarai dan berpindah KRL. Tapi problemnya, lagi-lagi harus pindah peron. KRL Bekasi berhenti di jalur 3, sedangkan yang ke arah Sudirman-Tanah Abang dari Bogor/Depok di jalur 5. Tergopoh-gopoh, loncat dan panjat peron jadi pemandangan sehari-hari di sini. Sore dan malam pada saat jam pulang kerja, kejadiannya juga idem. Mungkin bisa direkayasa sistem transit 1 peronnya dengan cara begini : Semua KRL jurusan Gambir-Jakartakota (baik dari Bekasi maupun Bogor/Depok) merapat masuk di jalur 3. Sementara KRL jurusan Sudirman-Tanah Abang merapat masuk di jalur 4 (jalur 3 dan 4 = satu peron). Arah sebaliknya, KRL jurusan Bogor/Depok masuk di jalur 6 (seperti yang sudah berlaku sekarang) dan KRL jurusan Bekasi masuk di jalur 5. Dengan begitu, perpindahan penumpang transit hanya akan terjadi di 1 peron. Cara rekayasa jalur kedatangan dan keberangkatan ini mungkin akan membantu para penumpang transit untuk tidak tergopoh-gopoh atau loncat dan panjat peron pada saat berpindah KRL. Tapi inipun dengan syarat bahwa sistem perpindahan rel / wesel-nya memungkinkan secara teknis untuk pengaturan rekayasa ini. Artinya, masih banyak yang harus dibenahi dan dikerjakan oleh PT KAI dan PT KAI Commuter Jabodetabek untuk memenuhi standard pelayanan minimum-nya (SPM) yang manusiawi dan "user friendly". Pras Wibowo - Roker Bekasi [caption id="attachment_177777" align="alignnone" width="537" caption="KRL Commuter Line yang menjadi andalan sebagian masyarakat Jabodetabek"][/caption]

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun