Agus Prasetyo No. 70
Malam ini sangat indah. Meski bulan baru di bulan Suro suasana indah dan damai terasa di setiap malam. Tapi tidak dengan hatiku. Doa Jason di acara Larap Langse itu yeng membuatku gundah. Galau. Aku mendesah. Entah sudah desahan yang keberapa. Suara gamelan yang mengalun merdu di pendapa tak mampu menyejukkan hatiku.
Malah suara rebab yang mengalun semakin menyayat hatiku yang perih. Aku sudah berusaha membuang rasa itu tak tak mampu. Semakin kupendam dan kubuang rasa itu semakin melekat.
Duh Gusti tolong hambamu ini. Aku tak mampu menghalau rasa cemburuku pada Jason. Padahal aku sadar betul bahwa aku tidak layak untuk Jason. Bahkan jika bersaing dengan cewek yang ada di hati Jason pun pasti aku akan kalah.
Jason pun rupanya mencium gelagatku. Bukannya malah mendekat dan berbicara dia malah tenggelam dengan laptopnya. entah mengerjakan apa aku tidak tahu. Tidak mau tahu tepatnya.
Malam semakin larut suara gamelan dipendapa sudah menghilang. Pertanda latihan malam ini sudah selesai. Latihan kelompok Langen Sekar Wage untuk minggu ini memang dirutinkan tiap hari atas permintaan Jason yang ingin belajar lebih tentang gamelan.
Bodohnya aku, kenapa harus jatuh cinta sama Jason. Cinta? Mungkinkah? Entahlah, rasa perih yang kunamai cemburu ini mungkin akibat panah asmara Jason.
Kedekatan kami lewat dunia maya, ditambah kebersamaan kami beberapa hari ini membuat degup lembut hatiku membuncah menjadi gejolak dada. Entah setiap kali beradu pandang dengan Jason ada desir lembut yang berjalan di dadaku. Apalagi ketika tangan kami bersentuhan ada getaran aneh yang aku sendiri tidak bisa mendefinisikannya.
Apakah yang kurasakan juga Jason rasakan? Ah sudahlah. Aku harus buang rasa itu, rasa cinta yang mungkin akan bertepuk sebelah tangan. Rasa cinta dengan makhluk ganteng yang mirip Michael Owen itu harus kukubur dalam-dalam karena tidak akan mungkin terjadi di dalam kehidupanku ini.
Perlahan-lahan aku beranjak dari kamar menuju pendapa. Aku ingin menyejukkan diri dengan semilir angin malam. Semoga alirannya bisa membuang jauh rasa resah ini.
Pendapa sudah sepi yang tersisa gamelan dan lampu penerangan yang kecil sehingga sebenarnya terkesan romantis. Tapi jiwaku berkata bahwa suasananya bukan romantis tapi suram, sesuram hatiku. Aku kemudian duduk diantara gamelan yang ada, dan tidak tahu apa yang harus kulakukan. Diam hanya diam.
Aku kemudian mendesah. Berharap dengan desahan itu bisa keluar semua rasa tak enak dalam dada. Tapi sia-sia. " Jason..." tak sadar lirih kueja nama itu. Keluar dari mulutku. Tiba-tiba sebuah tangan yang hangat merengkuh bahuku. Aku kaget mestinya secara reflek aku menjauhkan diri dari tangan itu. Tapi bukan itu yang ku lakukan. Aku malah menjatuhkan diri ke badan si empunya tangan, jatuh dalam pelukannya.
Aku tahu benar siapa pemilik tangan tadi. Jason. Aroma tubuhnya kukenal benar dalam beberapa hari ini.
"Maaf...maafkan aku Jason..." aku berusaha melepaskan diri dari pelukannya.
Tapi tangan itu semakin erat merengkuhku dalam pelukannya.
"Jason, lepaskan nanti ada yang melihat. Tidak baik untuk kita berdua. Ini jawa Jason. Berbeda dengan negaramu."kataku berusaha melepaskan diri. Alih-alih melepaskan, Jason makin mengeratkan pelukannya.
"Aku tahu Manda, aku tahu apa yang ada di hatimu," kata Jason. "Aku juga memiliki rasa yang sama, rasa cinta. Aku mencintaimu Manda...."
"Jason... benarkah, benarkah apa yang kau katakan?" kataku lirih.
"Ya. Tahukah kamu doaku di Kemukus adalah supaya kamu jadi pasangan hidupku."
Aku terdiam. Terdiam dalam pelukan hangat Jason. Ingin rasanya aku berlama-lama dalam pelukannya. Rupanya aku salah. Aku tidak bertepuk sebelah tangan. Kami saling mencintai.
Tak terasa butiran-butiran hangat meleleh dari mataku. Aku membalikkan badan kupeluk tubuh kekar Jason. Segala gejolak rasa tertumpah saat itu. "Aku mencintaimu Jason," kubisikkan di telinganya dan lembut kukecup keningnya. Jason membalas kecupan di keningku dan berkata "I love u Manda"
Kami berpelukan lagi. Kurengkuh cintaku lebih erat. Seakan tidak mau terpisahkan. Tidak mau waktu terus berlalu. Meski kami tahu akan ada jalan terjal yang menghadang cinta suci 2 insan ini. Akan banyak halangan di depan karena jalinan cinta ini. Jalinan cinta yang suci tetapi terlarang.
Aku Manda. Mandala. Lelaki yang tidak kalah rupawan dibandingkan Jason.
(Tamat)
NB : Untuk membaca karya peserta lain silahkan menuju akun Fiksiana Community di http://www.kompasiana.com/androgini
Silahkan bergabung di group FB Fiksiana Community di (https://www.facebook.com/groups/175201439229892/)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H