Mohon tunggu...
Prameswari Puspa Dewi
Prameswari Puspa Dewi Mohon Tunggu... -

Indonesian Literature student. Interested with youth issues, human rights, and literature. Working with Independent Young people Alliance. Tulisan bersifat personal.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Tentang Pluralisme dan Tenggang Rasa

28 September 2012   02:00 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:34 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indah sekali rasanya hidup di Indonesia, tempat dimana semua agama hidup berdampingan dan beribadah dengan tenang. Tempat dimana tenggang rasa dan toleransi digadang-gadang menjadi sebuah keharusan yang dimiliki disetiap sendi kehidupan.

Sayangnya belum lama ini semua itu memudar, ibarat trend musik yang silih berganti, sekarang toleransi jadi barang langka, dikategorikan indie oleh sebagian orang. Ada apa dibalik semua ini? Saya juga tidak mengerti. Kabarnya, karena orang-orang percaya bahwa 2012 adalah akhir jaman :))

Saya masih berinteraksi dengan teman-teman yang hampir semuanya beragama kristen, kristiani yang taat. Malah, saya dan seorang teman yang berhijab pernah mengunjungi Gereja Katedral menemani teman-teman saya beribadah sambil melihat anjing-anjing kecil yang menggemaskan. Bahkan saya pernah hampir memakan ham milik teman saya, namun untungnya saya diingatkan oleh teman saya itu hehehe :p

Apa maksud saya mengurai semua itu?

Toleransi.

Dalam ilmu sosial, pluralisme adalah sebuah kerangka dimana ada interaksi beberapa kelompok-kelompok yang menunjukkan rasa saling menghormat dan toleransi satu sama lain. Mereka hidup bersama (koeksistensi) serta membuahkan hasil tanpa konflik asimilasi.

Saya hidup ditengah perbedaan, namun persahabatan saya tetap terjalin dengan baik. Semua teman-teman saya adalah pengingat ibadah sholat kedua saya setelah mama saya :p tidak ada yang sama sekali mendoktrin saya untuk berpindah agama. Bahkan, mereka melindungi saya dari perbuatan yang melanggar agama saya.

Anehnya, mengapa orang-orang masih mempermasalahkan pluralisme dan mengatakan bahwa adalah penganut Islam liberal jika mengijinkan pluralisme di Indonesia. Kami saja yang masih muda masih saling menghargai dan menghormati.

Saya sempat merasa risih ketika ada kasus dimana ada umat kristiani yang gerejanya dibakar dan ketika akan beribadah mereka disiram kotoran dari comberan. Memang mungkin permasalahan bukan terletak pada masalah agama, tapi apa pantas ada orang yang akan beribadah diperlakukan seperti itu? Kemana sistem musyawarah kita?

Indonesia adalah negara yang maju bagi saya, jauh sebelum pertumbuhan ekonomi sudah sebesar ini. Mengapa? Karena Indonesia memiliki sistem ideologi yang jauh lebih maju dari negara lain, yakni Pluralisme atau toleransi beragama. Tapi.. Mengapa sekarang setelah pertumbuhan ekonomi sudah sepesat ini malah toleransi itu berkurang? Apa orientasi pikiran manusia sekarang hanya uang? Pantas jika ramalan kiamat terjadi tahun 2012 :p

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun