Mohon tunggu...
Prameswari Puspa Dewi
Prameswari Puspa Dewi Mohon Tunggu... -

Indonesian Literature student. Interested with youth issues, human rights, and literature. Working with Independent Young people Alliance. Tulisan bersifat personal.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Memburu Bayangan

21 Maret 2015   10:22 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:20 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Akhir-akhir ini kamu sedang enggan menuliskan surel pada laman yang biasa dijadikan pelepas luka, apakah gerangan cinta sedang melanda? Barangkali. Atau hanya sedang asyik menyusun sosok yang kamu idamkan. Yah, apalah artinya patah hati jika tak punya kesempatan menciptakan sendiri sosok yang dirasa cocok.

Satu malam kasih sayang yang temaram nan romantis itu, kamu sedikit terkejut dengan pertemuan tak sengaja dengan sosok rekaan yang selama ini hidup dalam imaji.

"Dia?"
Nyata. Hanya saja, kamu mengurung niat untuk memegang tubuhnya.
Kamu hanya memburu senyumnya dari balik punggung. Bertanya nama pun sungkan. Seperti bukan dirimu saja.

Kamu sedang beruntung kala itu, ternyata sosok itu punya nama. Dan kamu mendapatkannya tanpa perlu tersipu menjabat tangannya. Ah, apa tak menyesal jika kau hanya melihatnya dari kejauhan?
Biarlah, katamu. Semoga Tuhan memberikan jalan pertemuan kembali, jika ditakdirkan.

Dan perkenalan itu pun berlanjut lewat pesan singkat, bisa kukatakan kamu mulai tertarik dengan pembicaraan yang tercipta di antara kalian. "Kita belum kenalan, tapi sudah membicarakan soal Freudian." Begitulah seterusnya kalian bertukar pikiran, hanya bertukar pikiran.

Kesempatan kedua bertemu dengannya hampir terjadi, tapi kamu kembali mengurungkan niatmu. Ia mungkin melihatmu berdiri sendirian dengan wajah kebingungan di tengah keramaian, tapi ia hanya mengirimkan pesan singkat agar kau jangan pulang terlalu malam dan tak menghampirimu untuk sekedar berjabat tangan.

Belum waktunya.
Lalu kapan?

Kamu hanya sanggup melihatnya asyik memotret dari kejauhan, lalu mencoba mencari kesempatan berdiri di dekatnya, namun seketika ia hilang. “Apa aku salah orang?” katamu.

Kini kamu kembali menulis surel pada lamanmu yang setia menjadi tempat meluruhkan rasa. Lalu sambil bertanya-tanya, apa dia sudah punya pasangan? Kamu hanya sanggup menggerutu, “dia terlalu banyak bicara pada mesin, sampai mungkin lupa bagaimana caranya bicara pada manusia.” kala ia menjadi yang berbeda.

Sikapnya seperti teka-teki dalam serial Sherlock Holmes katamu. Atau mungkin kamu yang terlalu bersemangat, sampai lupa kalau kalian belum berkenalan.

Kamu jadi rajin berdoa, semoga ia adalah yang selalu kamu semogakan. Lalu kubilang, “Kejauhan! Berkenalan saja kau beluman.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun