Mohon tunggu...
Prameswari Puspa Dewi
Prameswari Puspa Dewi Mohon Tunggu... -

Indonesian Literature student. Interested with youth issues, human rights, and literature. Working with Independent Young people Alliance. Tulisan bersifat personal.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Ketika Penyanyi Tak Lagi Bersuara

30 September 2012   07:13 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:28 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Akhir-akhir ini fenomena penyanyi baru bagaikan tsunami ditengah gurun. Silih berganti kedatangan bintang baru menghiasi layar kaca. Hampir semuanya menyegarkan mata dan cukup enak dilihat dengan tatanan koreografi yang bisa dibilang kreatif, walaupun bagi dancer-dancer profesional semua gerakan itu sama sekali cetek :p

Ada satu hal yang mengganggu saya, ketika fenomena ini diikuti pula dengan makin maraknya 'tradisi' lipsync dikalangan penyanyi Indonesia. Para boyband dan girlband yang kini sedang menjamur di negeri ini contohnya, saya tak sekali dua kali menemukan boyband atau girlband yang mengandalkan suara kaset demi gerakan-gerakan ajaib mereka di atas panggung.

Lucunya lagi ketika dihelat sebuah konser akbar disalah satu televisi swasta, konon konser tersebut adalah sebuah drama musikal. Saya kira akan seru, karena akan sangat menghibur sekali melihat para penyanyi itu menari dan bernyanyi, macam serial tv 'Glee'. Namun alangkah kecewanya saya melihat hanya sekumpulan anak muda yang menari sana-sini, berdialog ala drama sekolah, berteriak-teriak adu argumen, dan.. suara kaset.

Kemana suara-suara indah yang harusnya merajai acara-acara televisi? Kemana perginya harmoni dari pecahnya suara? Kemana?

Saya sejak SD sudah berlatih vokal sebagai paduan suara sekolah, saya ditempa untuk berlatih ini itu demi keharmonisan suara dan kemerduan suara atau ketepatan nada. Saya rasa yang mengalami hal ini juga merasakan hal yang sama dengan saya, dongkol.

Dunia hiburan di Indonesia sudah amat menjemukan, joget sana joget sini, suara kaset dimana-mana, teriak sana sini, drama ini itu. Penyanyi bertugas untuk bernyanyi. Mungkin memang alibi mereka yang beralasan bahwa mereka fokus pada gerakan yang rumit atau bla bla bla.

Bukan hanya boyband atau girlband mungkin yang saya rasa menomer-duakan suara ketika diatas panggung, kadang-kadang ada juga penyanyi solo yang mengandalkan suara kaset. Duh, apa ini usaha keras mereka demi penggemar?

Jika memang mereka melabelkan diri sebagai penghibur bukan penyanyi, apa bedanya dengan kaset-kaset cd yang dijual di glodok?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun