Beberapa waktu lalu berita sengketa tanah kampung Cibitung di daerah Rumpin, Bogor menjadi perbincangan cukup hangat dibeberapa kalangan. Di sana rumah warga kampung berbatasan langsung dengan tanah tentara Angkatan Udara. Sejak lama warga dan tentara berbeda pendapat soal siapa pemilik tanah. Beberapa kali gesekan meruncing, bahkan ada yang berujung bentrok. Seolah tak ada pilihan, anak-anak Rumpin harus menerima hidup bersanding dengan sengketa dan konflik melawan tentara. Sebuah masalah yang tentu membawa dampak cukup hebat bagi anak-anak yang tadinya hidup begitu tenang di iklim sesejuk Bogor. Tak hanya permasalahan goncangan psikis yang mereka alami, permasalahan pendidikan juga mulai menghampiri. Dimana mereka bisa menuntut ilmu jika bermukim di tempat senyaman rumah saja mereka sudah ketar-ketir?
Akhirnya digagaslah sebuah ide untuk membangun "Sekolah Kita" yang terdapat di Mushala sempit dan pengap di tengah kampung Cibitung, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor, yang setiap akhir pekan disulap jadi kelas.
Anak-anak kecil serta merta mengerubung. Sebagian ditemani ibunya, sebagian datang sendiri jalan kaki. Di sana, di kelas dadakan itu mereka berkumpul untuk belajar tentang apa saja, di “Sekolah Kita”. Sekolah Kita tentu berbeda dengan sekolah formal biasa. Di sini tak ada kewajiban bagi pengajar membuat anak semakin pintar dan paham pelajaran sekolah di luar kepala. Tapi, lebih dari itu, siapapun pengajar di Sekolah Kita wajib membuat peserta kelas bisa tertawa lepas dan gembira.
Para pengajar juga wajib membuat anak-anak yang tumbuh di pusaran sengketa menjadi seorang pemberani yang percaya diri. Membuat mereka menjadi anak kecil yang perasa dan mampu berempati pada teman atau keluarga di sebelahnya. Yang terakhir, mampu membuat anak-anak terbiasa bekerja bersama-sama. Caranya bagaimana? Mari kita pikirkan bersama.
Sekolah Kita membuka lebar-lebar pintunya untuk dikunjungi bagi siapapun yang ingin berbagi dengan adik-adik kita di Rumpin. Sekolah Kita juga sangat masih membutuhkan Pengajar Tetap ataupun Relawan untuk membagikan sedikit ilmunya agar mampu memberi pelita bagi adik-adik di Rumpin, Sekolah Kita hanya memiliki 3 atau 4 pengajar tetap. Sungguh miris rasanya jika kita yang memiliki ilmu malah diam berpangku tangan melihat adik-adik kita yang ingin belajar namun tidak memiliki pengajar.
Tak hanya menjadi Pengajar tetap atau relawan, Sekolah Rumpin juga membutuhkan Fotografer/Videografer Relawan dan Tetap, Jurnalis Relawan, Kakak Penggalang Dana, dan lainnya.
Tidak ada yang lebih indah dari berbagi. Hal ini juga ditegaskan dalam salah satu pidato Bung Karno yang telah menyentuh hati Kakak-kakak Kita untuk terus berjuang membantu adik-adik di Rumpin. Begini beliau pernah berkata,
“Bagi saya ilmu pengetahuan hanyalah berharga penuh jika ia dipergunakan untuk mengabdi kepada praktek hidupnya manusia, atau praktek hidupnya bangsa, atau prakteknya hidupnya dunia kemanusiaan. Memang Alhamdulillah sejak muda, saya ingin mengabdi kepada praktek hidup manusia, bangsa, dan dunia kemanusiaan itu. Itulah sebabnya saya selalu mencoba menghubungkan Ilmu dan Amal; menghubungkan pengetahuan dengan perbuatan, sehingga pengetahuan ialah untuk perbuatan. Dan perbuatan dipimpin oleh pengetahuan.”
Untuk bergabung bersama Sekolah Kita, silahkan membuka link berikut:
http://sekolahkitarumpin.wordpress.com/bergabung-bersama-kami/
Tidak ada hal yang sia-sia di dunia ini :) Berbagi akan membuat kita lebih kaya dan berbagi juga adalah kebahagiaan yang abadi.