Di bumi ini kita bukanlah satu-satunya makhluk yang diciptakan.Terdapat mahluk lain yang Juga menghuninya,mulai dari yang jelas,samar,dan tersembunyi.Ada mahluk disekitar kita yang tak tertembus oleh  penglihatan mata biasa,orang jawa mengistilahkan mahluk-makhluk ini dengan sebutan yang beraneka ragam,Perewangan,siluman, memeddi dan lain sebagainya.
Seiring masuknya Islam ke tanah jawa aneka sebutan mahluk tersebut dikemas menjadi lebih ringkas yakni jin.Jin sendiri dinyatakan dalam kitab suci agama Islam,bahkan terdapat surat khusus yang mengupas tentang makhluk ini dalam kitab suci agama tersebut yakni Surat; "al-Jin".
Sebagai mahluk yang keberadaannya tidak dapat disanggah jin terdiri dari berbagai jenis,dan sifat.
Mulai dari jin yang baik,tidak baik,jin yang gemar dengan kerusakan dan jin yang gemar dengan kebaikan.
Disinilah ada titik pertemuan Antara Islam dan jawa hindu ketika memandang makhluk-mahluk tadi,keduanya percaya hidup dalam lingkaran dunia yang sama,tapi dengan dimensi berbeda.
Orang jawa percaya bahwa jin itu mampu menampakkan wujud ke alam kasar (dunia manusia) dan menembus dimensi manusia,menampakkan diri kepada orang-orang tertentu,begitu-pun sebaliknya orang jawa juga percaya bahwa manusia-manusia tertentu bisa menembus dimensi alam jin,dimensi yang samar,dimensinya para gaib.
Jin menampakkan diri dalam wujud hewan-hewan tertentu seperti ular,macan,kera,kijang,buaya dan lain sebagainya,secara historis sudah banyak kita jumpai dalam literatur peradaban manusia dan tidak hanya jawa.
Kijang berkaki tiga diatas Bujuk(nama sebuah bukit di dusun Sumbergondo yang terdapat di kabupaten Banyuwangi)adalah salah satu cerita yang juga akan mengisi literatur mistik tersebut.Cerita mistik yang banyak ditemui di setiap daerah,sedikit banyak tak bisa lepas antara  fakta,misteri dan kearifan lokal.
Bukan jadi rahasia umum lagi,cerita kijang berkaki tiga bagi masyarakat di dusun Sumbergondo ini,lebih-lebih mereka yang tinggal di sekitaran lereng Bujuk bahwa keberadaannya menyatu bahkan tak bisa  dipisahkan oleh bujuk itu sendiri.Cerita yang dimuat dalam tradisi tutur masyarakat sejak jaman dulu kala.
Para tetua dan sekelompok orang yang memegang kuat tradisi 'kejawen'mengisahkan kepada anak-anak mereka semenjak dini.Saya ingat betul bagaimana takutnya saya ketika kecil untuk keluar rumah menjelang kumandang adzan dzuhur."Awas lak beddok ojok dolan onok betero kolo",itulah kata-kata yang sering saya dengar dari orang tua dalam tutur bahasa jawa,yang maksudnya " jangan keluar atau bermain di waktu Dzuhur,karena ada Batara kala.