Mohon tunggu...
Pramudya Arif Dwijanarko
Pramudya Arif Dwijanarko Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Program Studi Teknik Elektro UGM Penerima program pembinaan PPSDMS Nurul Fikri Anggota Dewan Perwakilan Mahasiswa Universitas Gadjah Mada

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengejar Bayangan itu Melelahkan

11 Februari 2012   14:05 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:46 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Empat hari sebelum bulan Januari berakhir, Dikti mengeluarkan sebuah keputusan yang sangat krusial. Pada 27 Januari lalu Dikti menerbitkan surat edaran tentang kewajiban mahasiswa untuk membuat jurnal sebagai syarat kelulusan. Baik itu mahasiswa jenjang S1,S2, maupun S3. Keputusan tersebut berlaku setelah periode wisuda bulan Agustus 2012. Keputusan tersebut bukan tanpa kontroversi. Banyak yang mempertanyakan keputusan tersebut.

Bagi jenjang S2 maupun S3 membuat sebuah jurnal adalah hal yang tidak susah, namun bagi jenjang S1 membuat jurnal merupakan momen tersendiri. Pengalaman menulis mereka masih sangat kurang.Apalagi bagi mahasiswa di universitas swasta yang terletak di antah-berantah di negeri ini. Menyelesaikan Skripsi saja mungkin sudah menjadi kebahagiaan tersendiri bagi mereka.

Penulis saat ini masih duduk di semester delapan di sebuah universitas negeri di Jogja. Semester yang normalnya adalah semseter terakhir pada sebuah jenjang S1. Namun penulis juga mewakili keluh kesah kolega penulis di kampus.

Penulis menempuh pendidikan di fakultas teknik. Fakultas yang cukup menjadi favorit di universitas tersebut. Namun, rata-rata lama studi di fakultas kami lebih dari 4 tahun. Artinya, mayoritas dari rekan satu angkatan penulis akan lulus setelah Agustus. Paling cepat adalah bulan November. Jadi, akan banyak mahasiswa di satu dari tiga perguruan tinggi terbaik di Indonesia ini akan merasakan dampak dari keputusan tersebut. Bahkan seorang rekan penulis yang menempuh di sebuah institut swasta di Semarang mengatakan bahwa tidak ada wisuda pada bulan Agustus. Namun pada bulan Oktober dan April. Jika keputusan ini benar-benar diberlakukan, maka dia akan bertambah pe-ernya selain menyelesaikan skripsi.

Bukan semata-mata tidak setuju dengan keputusan tersebut.Bahkan penulis setuju dengan diwajibkannya penulisan jurnal ilmiah kepada mahasiswa. Namun ada beberapa hal yang harus ditinaju kembali dalam keputusan tersebut.

Seperti turun hujan di siang yang terik, surat edaran tersebut dikeluarkan secara tiba-tiba. Tidak ada sosialisasi sebelumnya. Inilah yang disayangkan oleh banyak pihak. Keputusan tersebut terkesan tergesa-gesa. Sehingga membuat masyarakat menjadi panik. Di saat masyarakat mulai dipusingkan dengan isu naiknya harga BBM pada April nanti, muncul isu baru yang pastinya akan menambah pikiran masyarakat. Apakah ini sebagai pengalih isu naiknya harga BBM? Apakah pemerintah takut kalau-kalau akan banyak mahasiswa yang akan kasi turun ke jalan menentang naiknya harga BBM? Sehingga menambah beban pikiran mahasiswa tersebut. Namun penulis yakin maih ada itikad baik dari pemerintah.

Yang paling banyak mengecam tentu mahasiswa yang sudah menempuh semester akhir. Lain halnya apabila disosialisasikan jauh-jauh hari. Mental mahasiswa akan lebih siap untuk menerima mahasiswa tersebut.

Selain itu ada yang aneh dari surat yang dikeluarkan oleh Dikti tersebut. Berulang kali penulis membaca, mencoba mencari sisi lain dari yang dimaksudkan namun masih belum mendapatkan titik terang. Mari kita pahami kalimat pembuka pertama.

Sebagaimana kita ketahui bahwa pada saat sekarang ini jumlah karya ilmiah dari Perguruan Tinggi Indonesia secara total masih rendah jika dibandingkan dengan Malaysia, hanya sekitar sepertujuh.

Mengapa harus dibandingkan dengan Malaysia? Kalau memang hendak dibandingkan dengan negara lain, mengapa tidak dengan negara yang lebih maju? Apakah Malaysia memang standar pendidikan kita selama ini utamanya perguruan tinggi lebih dalam lagi mengenai Jurnal Ilmiah? Mengapa kita tidak memiliki standar independen untuk negara ini dan itu mampu membawa kita pada pengakuan dunia?Apakah memang sudah menjadi mindset pemimpin ini bahwa segala bentuk pencapaian harus melebihi Malaysia yang acap kali berseteru dengan Rep. Indonesia?

Kita masih hanya sekedar mengejar ketertinggalan kita sendiri dari Malaysia. Kita seperti tidak memiliki target jangka panjang yang jelas. Hanya sekedar mengalahkan Malaysia. Kalau sudah ketinggalan, kita baru berusaha mengejar. Kita seperti mengejar bayangan sendiri yang tidak ada habisnya. Malah akan menghabiskan energi saja. Sudah sangat sering kita dibuat malu oleh negara tetangga kita tersebut. pendidikan, sepakbola, bahkan hingga wilayah. Apakah kita mau dipecundangi lagi? Malaysia akan semakin bangga jika merka tahu bahwa Indonesia menjadikan mereka sebagai acuan dalam pendidikan.

Memang pendidikan di Malaysia dipandang lebih bagus daripada di Indonesia. Malaysia menempatkan 5 universitasnya pada 100 besar universitas di Asia, sementara Indonesia hanya tiga. Selain itu banyak pula pelajar Indonesia yang akan lebih bangga jika menempuh pendidikan di UTM dari pada di ITB. Padahal secara peringkat, tidak beda jauh.Pun sebenarnya untuk kualitas instansi, kita tidak kalah dari Malaysia. Malaysia lebih unggul dalam menciptakan kondisi pendidikan yang kondusif. Pemerintah Malaysia secara total memperhatikan pendidikan. Sementara di Indonesia, pemerintah masih setengah hati. Hanya mau berlari jika sudah ketinggalan.

Menulis jurnal memang gampang-gampang susah. Gampang jika ada kemauan dan kemampuan yang mendukung. Namun akan menjadi susah jika tidak ada yang hilang dari kedua unsur tersebut. Kepanikan yang sudah timbul pada mahasiswa tingkat akhir bisa membuyarkan konsentrasi mereka. Alih-alih tinggal menyelesaikan skripsi, namun kepanikan karena keputusan ini justru bisa mengganggu konsentrasi mereka. Semoga itu tidak terjadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun