gula dalam pola dietnya sehari-hari. Pasalnya, konsumsi gula melebihi batas yang dianjurkan dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan dan akan menimbulkan efek kronis jika dilakukan secara terus-menerus. Artikel ini bertujuan untuk memberikan pemahaman seberapa bahayanya konsumsi gula berlebih dan bagaimana cara mengatasi ketergantungan gula dalam pola konsumsi sehari-hari.Â
Indonesia merupakan negara yang memiliki keragaman budaya, salah satunya dalam bidang kuliner yang kaya akan cita rasa dan variasi masakan. Namun di balik itu, fakta mengejutkannya, berdasarkan data Kemenkes, 28,7% masyarakat Indonesia mengonsumsi Gula, Garam, dan Lemak (GGL) melebihi batas yang dianjurkan. Hal tersebut membuktikan bahwa masyarakat indonesia sangat bergantung padaBerdasarkan laporan dari Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA), konsumsi gula global mencapai 176,007 juta metrik ton pada 2022/2023. Indonesia sendiri menempati peringkat ke-6 global konsumsi gula terbanyak, mencapai 7,8 juta metrik ton sepanjang tahun 2022. Hal ini dipengaruhi oleh kultur makanan Indonesia yang cenderung manis dan menggunakan gula dalam hampir seluruh masakannya. Contohnya saja seperti es teh manis, atau jajanan pasar yang tidak luput dari gula, maupun itu gula pasir atau gula merah.Diperburuk lagi di era sekarang banyak sekali beredar minuman kemasan yang kadar gulanya sangat tinggi. Masyarakat secara tidak sadar menambah jumlah konsumsi gula dalam sehari, Padahal sesungguhnya batasan konsumsi gula tiap orang menurut WHO tidak lebih dari 50 gram/hari.
Konsumsi gula berlebihan dalam jangka waktu yang lama akan menimbulkan beberapa risiko penyakit, terutama diabetes. Menurut IDF, Indonesia menduduki peringkat ke-5 negara dengan jumlah diabetes terbanyak dengan 19,5 juta penderita di tahun 2021 dan diprediksi akan menjadi 28,6 juta pada 2045. konsumsi gula yang berlebihan juga menjadi penyebab umum penyakit lain seperti obesitas dan penyakit jantung yang sama-sama berisiko tinggi terhadap kesehatan. Penyakit-penyakit tersebut memerlukan penanganan segera guna mencegah komplikasi lebih lanjut. Tanpa penanganan yang tepat, kondisi ini dapat berkembang ke tahap yang lebih kritis, yang pada akhirnya membutuhkan biaya pengobatan yang cukup besar.
Terdapat beberapa faktor yang mendasari ini. Yang pertama adalah murahnya harga gula di pasaran. Seperti yang kita tahu, harga gula sebagai bahan pokok di pasaran saat ini sangatlah terjangkau. Hal ini menyebabkan banyak masyarakat yang menggunakan gula secara berlebihan alih-alih menggunakan pemanis alami yang lebih sehat namun harganya tinggi seperti madu atau stevia. Ditambah lagi, wawasan masyarakat tentang risiko konsumsi gula melebihi standar masih sangat rendah. Selain itu, budaya dan kebiasaan masyarakat turut memengaruhi konsumsi gula. Tradisi makanan dan minuman manis yang sudah mendarah daging menjadi salah satu faktor yang sulit dihilangkan. Banyak acara atau perayaan yang identik dengan sajian manis, sehingga konsumsi gula menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari.
Banyak upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi ketergantungan gula pada masyarakat. Pemerintah dapat mengambil langkah dengan menerapkan kebijakan pengendalian konsumsi gula seperti pemberlakuan cukai gula untuk membatasi penggunaan berlebihan, mengingat harga gula saat ini sangat terjangkau. Tak kalah penting, edukasi masyarakat juga sangat esensial untuk dilakukan melalui kampanye hidup sehat. Kampanye ini dapat memperkenalkan masyarakat kepada alternatif pengganti gula seperti stevia yang lebih ramah kesehatan. Industri  juga memiliki peran penting dengan menciptakan produk rendah gula (less sugar) untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang semakin sadar akan kesehatan. Namun yang paling penting adalah peran individu atas kesadaran diri mengontrol konsumsi gula sehari-hari dan memulai menerapkan gaya hidup sehat, dikarenakan perubahan berskala besar dapat diawali dari diri sendiri.
Konsumsi gula berlebih telah terbukti membawa dampak serius bagi kesehatan, seperti diabetes, obesitas, dan penyakit jantung yang dapat menimbulkan komplikasi kronis jika tidak ditangani. Kebiasaan ini diperparah oleh harga gula yang murah, kurangnya edukasi, serta budaya konsumsi makanan dan minuman manis di Indonesia. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mulai mengurangi ketergantungan pada gula dengan menerapkan pola hidup sehat, memilih alternatif pemanis yang lebih ramah kesehatan seperti stevia, serta mendukung kebijakan pengendalian gula. Dengan langkah ini diharapkan kesehatan masyarakat Indonesia secara keseluruhan dapat meningkat dan tingkat risiko diabetes menurun, menuju gaya hidup yang lebih sehat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H