Mohon tunggu...
Pramono Dwi  Susetyo
Pramono Dwi Susetyo Mohon Tunggu... Insinyur - Pensiunan Rimbawan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Nature

Hutan Jati Melegenda

8 Maret 2021   13:51 Diperbarui: 8 Maret 2021   14:24 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

HUTAN JATI MELEGENDA

Komoditas kayu jati (Tectona grandis), merupakan salah satu jenis kayu yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi karena terkenal sebagai kayu yang awet, kuat dan mempunyai tekstur yang indah. Tidak semua daerah cocok dan dapat tumbuh komoditas yang satu  ini, karena tanaman jati membutuhkan habitat tanah kering dan berkapur seperti didaerah pantai utara Jawa Tengah. Salah satu daerah yang melegenda karena hutan jatinya adalah Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Cepu dan Randublatung yang merupakan wilayah pengelolaan Perum Perhutani, dan masuk wilayah administratif kabupaten Blora, Jawa Tengah.

Saya yang besar dan bersekolah di Cepu hingga lulus SMA (1967-1976) menyaksikan sendiri warisan Belanda yang begitu hebat. Teknik budidaya kayu jati (silvikultur) telah dikuasai sejak puluhan tahun yang lalu dapat menghasilkan komoditas kayu yang berkualitas tinggi. Sejak sebelum Indonesia merdeka, nampaknya pemerintah Hindia Belanda-melalui ahli- ahli pertanian, perkebunan dan kehutanannya-, sebenarnya telah memetakan wilayah Indonesia menjadi zona-zona komoditas pertanian (termasuk perkebunan dan kehutanannya) berdasarkan agroklimatnya dengan baik dan itu terbukti sampai hari ini. Lihat saja, komoditas teh, dapat dijumpai didaerah pegunungan seperti di Puncak Bogor, Bumiayu di Tegal, Kayu Aro, di Kerinci, dan terbukti hasilnya sangat baik. Demikian juga dengan perkebunan karet dapat ditemukan di Sumut, Jabar, Bengkulu.

Lebih mencengangkan lagi, pada saat berdinas di Kendari, Sultra (1996-1999), -sebagian besar wilayah pulau Muna-, saya mendapati tanaman kayu jati tumbuh subur yang tidak jauh beda dengan yang ada di Cepu dan Randublatung. Habitatnya juga mirip sama. Usut punya usut, ternyata hutan jati di Muna juga warisan Belanda, dimana pekerja yang menanamnya (pesanggem) dulu juga didatangkan dari daerah Blora dan sekitarnya.  Ternyata, tidak semua legesi (warisan) yang ditinggalkan pemerintah Hinda-Belanda jelek, terdapat sisi-sisi baik yang dapat digali dan dikembangkan bagi anak bangsa khususnya dalam ilmu rumpun pertanian, untuk diambil hikmahnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun