Meskipun membutuhkan investasi yang besar, namun tidak berarti apa apa bila dibandingkan dengan investasi untuk membangun bendungan yang telah ada dan manfaat ekonomis dan sosial yang selama ini telah diperoleh dari keberadaan persawahan teknis tersebut.
Untuk mempertahankan kecukupan pangan, pencetakan  sawah baru sebagai upaya ekstensifikasi dirasa tidak cukup mengingat laju pertumbuhan penduduk yang begitu pesat. Indonesia pernah mengalami kejayaan sektor pertanian dengan mencapai swasembada beras tahun 1984 dan mendapatkan penghargaan Badan Pangan Dunia (FAO) dengan jumlah penduduk sekitar 130 juta jiwa pada waktu itu.Â
Memasuki tahun 2020, jumlah penduduk Indonesia telah bertumbuh menjadi dua kali lipatnya (sekitar 267 juta jiwa), yang membutuhkan pangan dengan jumlah yang lebih banyak lagi dibandingkan dengan 36 tahun yang lalu. Bagaimana menambah kecukupan pangan terutama beras untuk masa yang akan datang?.
Indonesia dikarunia lahan yang sangat luas yang membentang dari Sabang sampai Merauke. Dari program reforma agrarian saja, pemerintah melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) sampai akhir tahun 2019, telah menyediakan lahan hutan seluas 12,7 juta ha untuk kegiatan Perhutanan Sosial.Â
Kenapa lahan seluas ini tidak dimanfaatkan untuk pertanian lahan kering, dengan sistim tumpangsari padi gogo rancah (goro) yang pernah sukses dilaksanakan di provinsi NTB pada saat pemerintah orde baru.Â
Ekstensifikasi pertanian lahan kering dengan memanfaatkan program Perhutanan Sosial ini mempunyai potensi yang mampu mendongkrak swasembada pangan terutama beras.
Hitung hitungan saya dari total luas 12,7 juta, 50 persen untuk tumpasang sari padi goro (6 juta ha) akan menghasilkan padi 24 juta ton brutto (satu hektar menghasilkan 4 ton padi) setiap kali panen. Potensi penambahan produksi padi yang selama ini belum terpikirkan oleh Kementerian Pertanian.
Rencana menteri pertanian sekarang Syahrul Yasin Limpo untuk mengembalikan kejayaan sektor pertanian akan lebih sukses apabila segala upaya dapat ditempuh tidak hanya menggerakkan penyuluh pertanian melalui Kostratani tetapi juga intensifikasi, intensifikasi plus, ekstensifikasi sawah, lahan kering, menggerakkan off farm dan seterusnya.Â
Optimisme kita akan tumbuh dalam mencukupi kebutuhan dan ketahanan pangan melihat semangat luar biasa dari Menteri Pertanian kita yang baru. Cara berpikirnya selalu  "open mind" kepada siapa saja,  para pihak yang peduli kepada sektor pertanian.
Pramono DS
Pensiunan Rimbawan