Gedung Djoeang 45 menjadi salah satu destinasi wisata sejarah di Solo yang cocok untuk dikunjungi. Terletak tidak jauh dari benteng Vastenburg, lebih tepatnya yaitu di Kedung Lumbu, Kecamatan Pasar Kliwon, Gedung Djoeang 45 memiliki arsitektur bergaya eropa yang menunjukkan bahwa bangunan ini memiliki sejarah yang panjang yakni pada masa kolonialisme hingga akhirnya bangunan ini direvitalisasi menjadi wisata sejarah pada tahun 2019.Â
Sejarah awal berdirinya Gedung Djoeang 45 dibangun oleh Hindia-Belanda pada tahun 1880. Pada masa itu gedung ini dikenal dengan nama Cantienstraat (Jalan Kantin) yang digunakan sebagai kantin VIP, klinik, dan asrama militer untuk tentara Belanda. Seiring dengan berjalannya waktu, pada masa penjajahan Jepang gedung ini beralih fungsi menjadi markas dan barak militer oleh pasukan Jepang. Setelah Indonesia berhasil meraih kemerdekaan, Gedung Djoeang 45 digunakan sebagai panti asuhan, markas TNI, hingga menjadi kantor pengurus DHC 45. Di dalam Gedung Djoeang terdapat monumen laskar putri yang digunakan sebagai simbol perjuangan kaum wanita yang ikut serta dalam perjuangan melawan Belanda pada 11 Oktober 1945.
Sejarah panjang dari masa kolonialisme hingga kemerdekaan membuktikan bahwa Gedung Djoeang 45 merupakan bangunan cagar budaya yang harus dirawat dan dilestarikan karena gedung ini menjadi saksi perjuangan panjang bangsa Indonesia untuk mencapai kemerdekaan. Pada akhirnya untuk menjaga bangunan ini agar tetap kokoh berdiri dan terawat maka dilakukan revitalisasi hingga pada tanggal 20 September 2019 gedung ini resmi dibuka sebagai tempat wisata yang cocok untuk keluarga. Gedung ini buka setiap hari dari Jam 10.00 hingga 22.00 WIB sehingga para pengunjung dapat menikmati gemerlap lampu hias yang menerangi di sekeliling gedung tersebut saat malam hari. Di dalam Gedung Djoeang 45 terdapat hotel dan restoran yang mana untuk tiket masuk pengunjung diharuskan membeli es krim gelato minimal Rp20.000 untuk menikmati sejarah dan taman yang berada di dalam gedung tersebut, sedangkan jika ingin gratis maka hanya dapat mengunjungi pada gedung bagian depan saja namun tetap membayar parkir dengan harga Rp3.000 untuk motor dan Rp5.000 untuk mobil.
Gedung Djoeang 45 bukan hanya menjadi tempat wisata sejarah melainkan juga dapat digunakan sebagai acara komunitas, pameran seni, seminar, acara budaya, acara pernikahan, dan acara lainnya. Di dalam gedung ini terdapat spot foto yang menarik dengan latar belakang gedung yang bergaya eropa yang dikelilingi dengan taman dan gazebo. Menurut penjaga gedung ini, Purbudi mengatakan bahwa Gedung Djoeang 45 sering digunakan sebagai spot foto untuk prewedding dan foto kenangan anak sekolah.
Keindahan bangunan bergaya eropa ini menjadi daya tarik wisatawan untuk berfoto dan mengetahui sejarah yang terdapat di dalamnya namun, seiring dengan berjalannya waktu wisatawan yang mengunjungi Gedung Djoeang 45 semakin tahun semakin sedikit. Oleh sebab itu, tempat ini juga difungsikan untuk berbagai acara agar dapat menarik pengunjung. Di Gedung Djoeang 45 terdapat fasilitas yang menunjang untuk beribadah yakni mushola dan toilet yang memadai. Makanan yang ditawarkan tidak terlalu mahal begitupun dengan es krim gelatonya. Dijamin tempat ini cocok untuk dikunjungi saat akhir pekan bersama keluarga untuk mengenal sejarah dan berfoto ria dengan latar belakang gedung putih bergaya eropa
.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H