Kediri merupakan salah satu kota yang berada di Provinsi Jawa Timur. Kediri terkenal dengan sebutan Kota Tahu karena oleh-oleh khas Kediri yang terkenal adalah tahu kuning, selain itu Kediri juga salah satu kota penghasil rokok terbesar di Indonesia. Kediri memiliki banyak sekali tempat wisata seperti Simpang Lima Gumul dan Gunung Kelud. Nah, Gunung Kelud ini selain untuk tempat wisata ternyata juga menjadi tempat tradisi masyarakat sekitar Gunung Kelud.
Tradisi yang dilakukan masyarakat sekitar lereng Kelud adalah tradisi Larung Sesaji, yang dimana larung sesaji ini dilakukan pada waktu Bulan Suro dan sudah dilakukan secara turun-temurun dari nenek moyang setiap satu tahun sekali. Tradisi Larung Sesaji ini diikuti oleh warga yang ada di Kecamatan Ngancar antara lain adalah Desa Sugihwaras, Ngancar, Sempu, Babadan, Kunjang, Jagul, Bedali, dan sekitarnya.
Larung Sesaji ini merupakan ungkapan rasa syukur atas hasil bumi di sekitar lereng Gunung Kelud yang sangat melimpah. Meskipun sejatinya penyelenggara acara ini adalah warga desa setempat, namun Pemkab Kediri juga sangat mendukung acara ini. Dukungan dari Pemkab Kediri ini berupa publikasi tentang acara Larung Sesaji, sehingga banyak orang yang tertarik untuk menyaksikan acara tersebut.
Sesaji yang disediakan oleh warga berupa buah-buahan, sayur-sayuran, beragam bunga dan ayam ingkung. Sesaji yang sudah disiapkan harus diarak oleh warga ke puncak Gunung Kelud. Sebelum sesaji diarak beberapa warga menampilkan tarian reog dan bujang ganong untuk menghibur warga yang datang juga untuk memeriahkan tradisi ini. Setelah pertunjukan selesai, sesepuh Gunung Kelud yaitu Mbah Ronggo memanjatkan doa sebagai ucapan syukur atas semua hasil bumi yang melimpah dan memohon agar diberi keselamatan dan keberkahan untuk masyarakat Kediri.
Setelah pertunjukan dan memanjatkan doa selesai, selanjutnya warga berangkat kepuncak Gunung dengan berjalan kaki, selain itu ada yang bertugas mengarak gunungan sesaji dengan memanggulnya. Gunungan sesaji ini berisi berbagai macam buah dan sayur yang merupakan hasil bumi warga desa setempat. Selain buah dan sayur ada sesaji yang berisi tumpeng beserta lauk pauknya. Ada seorang putri yang berperan sebagai Dewi Kili Suci yang juga dipanggul bebarengan dengan memanggul sesaji.
Jika acara ritual telah selesai, warga desa juga wisatawan menyerbu gunungan yang berisi buah dan sayur. Kegiatan berebut gunungan ini adalah bentuk kebersamaan sendiri, dan jika mendapatkan hasil bumi tersebut dipercaya akan mendapatkan kebersamaan sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H