Mohon tunggu...
Dea Pramita
Dea Pramita Mohon Tunggu... -

Ibu rumah tangga yang mencoba menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Belajar Bahasa Jepang yang Menyenangkan?

26 November 2011   08:49 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:10 1402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak sekali anggapan bahwa pembelajaran bahasa jauh lebih mudah daripada ilmu-ilmu mayor, seperti matematika, atau akutansi. Kenyataannya tidaklah demikian. Jika kita urutkan, maka pengajaran berbahasa harus mencakup ke dalam empat aspek keterampilan : mendengar, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat ketrampilan itu tidak bisa dihilangkan salah satu bagiannya, karena konsep dari ketrampilan berbahasa adalah berkesinambungan. Lalu, bagaimanakah dengan pembelajaran bahasa asing, khususnya bahasa Jepang? Mayoritas sekolah umum di Bandung, mengambil mata pelajaran bahasa Jepang sebagai salah satu tambahan bahasa asing. Selain perkembangan kebudayaan Jepang yang semakin dikenal oleh para remaja, juga karena Bahasa Jepang dinilai mempuyai nilai ekonomi bagi kehidupan mendatang. Masalahnya, sebagai seorang pengajar bahasa Jepang, mampukah kita membuat semua siswa mau mempelajari bahasa ini? Pengalaman saya sewaktu magang di sebuah SMU, dari tiga kelas yang saya ajar, hanya 40% siswa yang tertarik mempelajari bahasa Jepang karena suka, 60% siswa lainnya terbagi menjadi mereka yang mempelajari bahasa Jepang karena membutuhkan nilai, dan sisanya mereka yang benar-benar tidak suka. Membuat siswa memperhatikan kita adalah tantangan utama, apalagi untuk mengajar bahasa asing. Cara paling mudah adalah membiasakan diri mereka untuk menggunakan bahasa itu setiap hari, karena berada di lingkungan yang menggunakan bahasa tersebut secara otomatis membuat pola pikir kita terasah. Namun, hal itu dapat dilakukan pada mereka yang mengambil jurusan bahasa Jepang, atau di sekolah yang sehari-hair menggunakan bahasa Jepang. Bagaimana dengan mereka yang tidak berada di lingkungan seperti itu?  Beberapa cara saya lakukan, namun yang menurut saya paling efektif adalah dengan gambar. Mengapa gambar? Karena kita mengajak mereka untuk melihat secara visual apa yang kita tunjukan, respon pertama yang didapat adalah rasa penasaran akan gambar apa yang mereka lihat. Tahap selanjutnya adalah memberitahu secara verbal gambar apa itu dalam bahasa Jpeang. Contoh, saya menunjukkan sebuah gambar apel pada mereka, lalu apel itu saya terjemahkan menjadi "ringo". Bagaimana cara menulisnya, dan pelafalanya secara berturut-turut dilakukan. Selain itu kita harus mengingat, bahwa kemampuan bahasa tiap orang berbeda.  Ada yang lebih menonjol dalam mendengar, ada yang lebih menonjol dalam berbicara, atau  dalam menulis. Sebagai guru kita harus memperhatikan hal tersebut, dan jangan memaksa siswa untuk trampil dalam waktu singkat. Karena hal itu akan membenani siswa dan berakibat siswa membenci pelajaran ini. Banyak guru pelajaran bahasa Jepang yang mengesampingkan kemampuan siswa dalam menangkap pelajaran, sehingga banyak yang merasa gagal dalam proses KBM ketika siswanya medapatkan nilai merah.  Patut diingat, dalam pelajaran bahasa nilai tidak menjadi penentu siswa berhasil atau tidak, tapi apa yang siswa peroleh dan dapat dia terapkan menjadi tolak ukur keberhasilan kita dalam mengajar. Tentunya media gambar menuntut kita sebagai guru untuk lebih kreatif. Bagaimana membuat gambar yang menarik, penyampaian gambar tersebut kepada siswa, berapa biaya yang harus dikeluarkan sehingga media gambar tersebut tidak menjadi media yang sekali pakai. Perencanaan tersebut yang harus dipikirkan oleh guru mata pelajaran. Cara kedua yang tidak kalah menarik adalah memperkenalkan bahasa tersebut dengan kebudayaan mereka. Tidak ada orang yang tidak tertarik dnegan kebudayaan orang lain. Apalagi di tanah Sunda yang banyak dengan kebudayaannya tidak salah kita mengajak siswa untuk bertukar pikiran tentang kebudayaan dua negara. Saya sangat senang ketika banyak acara-acara kebudayaan Jepang yang selalu hadir di bandung ketika itu dimana tidak hanya berisikan tentang penegnalan kebudayaan jepang, tapi juga memperkenalkan budaya kita pada mereka. Seperti memainkan lagu Kojoro no Tomo dengan angklung, atau drama singkat kisah Sangkuriang dengan bahasa Jepang. Saya kira hal seperti ini seharusnya menjadi acara tahunan yang rutin diselenggarakan. Selain bersifat menghibur, tapi acara semacam ini juga dapat bersifat edukatif. Semoga pengajaran bahasa asing (khususnya bahasa Jepang) di kemudia hari dapat menicptakan inovasi-inovasi yang lebih kreatif bagi siswa. Ganbarimashou~

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun