Bicara soal kereta api selalu saja menarik bagi saya. Bagaimana tidak, sedari kecil saya cukup sering bepergian menggunakan moda transportasi yang satu ini. Mulai dari kereta api kelas ekonomi, bisnis, hingga eksekutif beruntungya saya pernah merasakan, hanya saja belum kesampaian menikmati naik kereta api wisata seperti priority ataupun panoramic, semoga saja suatu saat nanti bisa menyicipi naik kereta mewah itu.
Ruang tamu menjadi tempat favorit bagi saya dan keluarga untuk saling bercerita banyak hal, tak luput dari pembahasan mengenai pengalaman naik kereta api. Transformasi berkemajuan dan berkelanjutan yang dilakukan oleh PT KAI dalam memberikan layanan terbaik kepada pengguna benar-benar dapat saya rasakan.
 Sebelum berbagi cerita mengenai perubahan nyata peningkatan pelayanan yang dilakukan oleh PT KAI, mungkin akan lebih asyik jika saya berbagi cerita tentang keseruan berkeretaapi pada masa-masa sebelum PT KAI bertransformasi.
"Mulai dari jadwal keberangkatan dan kedatangan yang tidak jelas, tidak ada nomor kursi, hingga pernah kena timpuk saat naik kereta api."
Setiap kali menjelang lebaran dimana arus mudik dimulai, moda transportasi kereta api cukup diminati oleh masyarakat, saya dan keluarga pun demikian. Kala itu saya benar-benar merasakan bagaimana ribetnya memesan tiket kereta api, jarak tempat tinggal saya cukup jauh jika harus membeli langsung tiket kereta api di loket Stasiun Semarang Tawang.Â
Berburu tiket promo kala itu menjadi rutinitas tahunan yang saya lakukan, bagaimana tidak, harga tiket bisa melonjak begitu tinggi dan kadang tidak masuk akal ketika menjelang lebaran. Parahnya lagi, jadwal keberangkatan ataupun kedatangan selalu saja tak menentu. Stasiun penuh sesak, engap! Kemudian ada lagi cerita ketika naik kereta api ekonomi.Â
Tidak ada nomor kursi! Pernah sekali waktu mencoba naik kereta api Matarmaja dari Semarang Poncol menuju Jatinegera. Cuku murah harga tiketnya, 30ribuan saja, tapi tanpa nomor kursi. Para penumpang di dalam gerbong duduk tak berarutan, ada pula yang duduk di bordes dan menikmati harumnya toilet kereta yang memulai perjalanan dari Malang itu.Â
Lebih parah lagi ketika mendengar cerita ibu. Ibu saya pernah kena timpuk saat melakukan perjalanan dengan kereta api, lagi-lagi dari Semarang menuju Jakarta. Wajah ibu saya berdarah terkena serpihan kaca timpukan batu yang tepat mengenai jendela kereta api. Pada saat kejadian itu usia saya masih dalam hitungan bulan dan berada dalam pangkuan ibu.
Transformasi Berkelanjutan Terus Berjalan, Didiek Hartantyo Utamakan Pelayanan, Kereta Api Semakin Dicintai
Pembenahan terus dilakukan seiring dengan prioritas pelayanan kepada seluruh pengguna setia Kereta Api. Saya merasakan betul bagaimana peningkatan kualitas pelayanan yang secara berkelanjutan terus dilakukan.Â