Satu hal yang kadang bikin jengkel ketika di pagi hari adalah tiba-tiba perut keroncongan. Niat untuk lari pagi yang sudah dibangun sedemikian rupa, pada akhirnya harus kalah dengan kondisi ini. Alhasil, mau tidak mau harus segera memutar otak untuk mencari peredam rasa lapar sesegera mungkin.Â
Rasa jengkel semakin lengkap dengan hadirnya pertanyaan, "Mau sarapan apa ya?" Sebuah pertanyaan sederhana yang selalu saja berhasil membuat bingung. Suara perut kerencongan semakin menjadi, mau tidak mau harus cepat ambil keputusan. Akhirnya, bubur ayam jadi menu pilihan. Tolong jangan dulu tanya apakah saya termasuk aliran bubur ayam diaduk atau tidak ya! Biarkan saya bercerita bubur ayam yang selalu jadi favorit saya untuk sarapan pagi di Kota Ungaran, tempat di mana saya bertempat tinggal.
 "Sudah hampir 20 tahun, lezatnya rasa tak pernah berubah! Konsisten!"
 Opsi menu sarapan pagi yang sering muncul dalam benak saya biasanya antara pecel, soto, bubur ayam, atau mungkin nasi sop ayam. Namun kali ini saya akan bercerita tentang salah satu bubur ayam favorit saya. Ya! Bubur ayam sebantengan. Mengapa dinamakan sebantengan, karena letaknya di kawasan perumahan sebantengan, Ungaran.Â
Cukup mudah kok untuk menemui tempat makan ini karena memang berada di pusat kota Ungaran, tepatnya di Jalan Mayjen Sutoyo Nomor D-4. Bubur ayam ini menurut saya sangat enak. Semangkuk bubur dengan toping suwiran ayam, daun bawang, cakue, dan telur, serta ditambah dengan kuah bubur sesuai selera, krupuk, plus kecap berkolaborasi menjadi satu menghadirkan kekhasan rasa.Â
Kuah yang digunakan, bukan kuah kuning yang seringkali kita jumpai untuk beberapa varian bubur ayam ya! Bubur Ayam sebantengan memiliki rasa asin, gurih, dan manis yang padu. Hal ini menjadi kekhasan rasa bubur ayam sebantengan menurut saya, selalu berhasil memanjakan lidah.
Keterangan yang saya dapatkan dari penjual, beliau sudah berjualan kurang lebih hampir 20 tahun lamanya. Saya mulai sering sarapan di tempat ini sejak sekitar 2015 silam. Rasanya tidak berubah, hal ini adalah bukti konsistensi rasa dan kelezatan sajian bubur ayam yang senantiasa terjaga, sebab itulah pelanggan setia tidak pernah berpaling. Buka mulai pukul 6.30 WIB, dan biasanya pukul 09.30 sudah habis. Oh ya, jangan sampai kecelik ya, karena tiap hari Senin, tempat makan ini libur.
Nah, untuk menikmati bubur ayam, saya termasuk aliran bubur ayam diaduk. Mengapa? Karena ketika dalam semangkuk bubur ayam dengan toping yang ada berkolaborasi, hal ini menambah kelezatan rasa. Kalau anda berkesempatan mengunjungi Ungaran dan bingun untuk mencari sarapan, kuliner ini mungkin bisa jadi pilihan. Konsistensi rasa sudah terbukti! Untuk harga, cukup terjangkau kok! Terdapat berbagai macam pilihan, mulai dari porsi biasa hingga porsi jumbo dengan harga kisaran Rp 18.000,- sampai dengan Rp 25.000,- . (prp)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H