Mohon tunggu...
Prama Ramadani Putranto
Prama Ramadani Putranto Mohon Tunggu... Guru - Menebar Kebaikan dan Energi Positif

Menebar Kebaikan dan Energi Positif

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Terjebak Kekhawatiran, Apa yang Harus Dilakukan?

11 Maret 2024   21:19 Diperbarui: 11 Maret 2024   21:21 450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Rasa Syukur - Sumber : kompas.com

"Terjebak kekhawatiran tak berkesudahan tentang hidup memang tidak mengenakkan. Lalu harus bagaimana?"

Menjadi dewasa rasanya tak seindah masa kecil dulu. Bagaimana tidak? Pola pikir jelas berubah, makin banyak hal yang dipikirkan rasanya semakin membuat khawatir. Selalu saja muncul banyak pertanyaan tak terduga yang mengganggu waktu tidur. Apalagi jika pertanyaan-pertanyaan yang muncul soal hal-hal yang belum terjadi, tentang masa depan salah satunya. Mencoba sedikit melihat ke belakang saat masa kecil silam, yang dipikirkan hanya perihal sederhana, seperti sekolah dan bermain saja. Keadaanya menjadi berbeda ketika bertambah usia menjemput kedewasaan. Kompleksitas apa yang dipikirkan semakin menjadi. Lalu bagaimana untuk menyikapi hal ini sedangkan hidup harus terus berjalan?

Dunia Tak Ada Habisnya

Rasanya kekhawatiran itu muncul karena terjebak dalam sebuah pola pikir duniawi. Hal-hal yang dipikirkan biasanya tentang pekerjaan, uang, harta, atau bahkan jabatan yang sedang diikhtiarkan. Bicara soal dunia memang tak akan ada habisnya. Selalu saja keinginan dalam hati itu muncul. Pada intinya selalu ingin mendapatkan lebih. Tapi yang jadi masalah adalah keindahan duniawi itu malah menjebak kita dalam sebuah kondisi yang sangat tidak mengenakkan yakni selalu saja dibayangi oleh rasa khawatir yang menyesakkan dada. Dampaknya begitu kentara, waktu tidur atau istirahat terganggu, mudah emosi, dan menjalani hidup terasa tidak nyaman dan tenang. Sepertinya ketika menghadapi momen seperti ini perlu untuk rehat sejenak, menghela napas panjang, sembari mengingat sang pemilik hidup dan untuk apa manusia di dunia ini diciptakan. 

Ati Ayem Urip Tentrem

"Ati ayem urip tentrem" memiliki makna hati tenang dan hidup tentram. Kalimat berbahasa jawa ini rasanya pantas sekali menjadi motivasi hidup sebagai kemudi yang membawa kepada sebuah tujuan hidup yang sebenarnya yang penuh makna. Sebuah hidup yang menentramkan jiwa. Hal-hal yang bersifat duniawi seringkali membuat kita terperosok jatuh, sebab itulah kita perlu sebuah kontrol agar tetap dalam trek yang bukan hanya benar namun juga berkah dan menentramkan jiwa.

Rasa Syukur dan Sebuah Pengingat

"Lainsyakartum Laadzidannakum, Walainkafartum Inna Adzabi Laasyadiid - Sesungguhnya jika kamu bersyukur maka akan Ku tambah nikmat bagimu, namun apabila kamu mengingkari maka adzabKu sangat pedih (Q.S. Ibrahim ayat 7)"

Perlu keseimbangan antar hal yang bersifat keduniaan dan akhirat. Hal-hal yang bersifat keduniawian jangan sampai menjadi hal yang memabukkan hingga melalaikan diri kita pada sang pencipta. Kekhawatiran itu muncul rasanya dikarenakan karena ambisi yang tak berkesudahan, selalu ingin lebih tanpa mau mengingat dengan penuh rasa syukur atas segala hal yang sudah didapat dan dimiliki. Q.S Ibrahim ayat 7 ini akan menjadi sebuah pengingat bahwasanya rasa syukur akan membuat ati ayem lan urip tentrem. Sebaliknya, ketika hanya haus akan hal-hal yang bersifat duniawi hanya akan membuat hidup jauh dari rasa tenang dan nyaman. Ketika terjebak kekhawatarin, sepertinya perlu untuk merefleksi diri terkait bagaiman hubungan kita dengan Allah SWT dan juga bagaimana rasa syukur kita atas segala nimmat dariNya yang tiada henti. (prp)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun