"Guru, juga sama dengan pekerja kantoran lainnya, perlu worklife balance untuk menjaga well being."
Kalau boleh dibilang, guru bekerja full satu minggu dan full 24 jam. Mau tahu buktinya? Ibaratnya, guru selalu on call setiap waktu. Hari Minggu dimana waktu untuk istirahat atau berkumpul dengan keluarga, handphone guru selalu siap sedia memberikan pelayanan terkait banyak hal, pembelajaran, murid, atau kegiatan sekolah lainnya. Selalu saja ada obrolan terkait dengan pendidikan ataupun kegiatan sekolah, bahkan terkait dengan kenakalan remaja pun harus selalu siap sedia merespon dan memberikan pelayanan.Â
Sebagai contoh, ketika tiba-tiba dihubungi Pak Bhabin jika ada murid yang tersangkut kasus tertentu seperti balap liar atau tawuran, mau tidak mau guru harus siap menindaklanjuti. Lalu, jika ada orang tua atau wali murid menanyakan anaknya yang terlambat pulang ke rumah, yang dihubungi jelas gurunya, orang tua atau wali murid mengira ada kegiatan tambahan atau hal lain, meski sebenarnya tidak ada kegiatan itu.
"Guru bekerja bukan hanya di depan laptop saja, lebih dari itu soal moral murid menjadi tanggung jawab utama."
Proporsi Beban Tugas yang Berimbang
Perlu keseimbangan dalam proporsi tanggung jawab pekerjaan. Pengelolaan administrasi, pengelolaan kinerja, pembelajaran, dan pelayanan perlu berimbang dan proporsional. Proporsi pekerjaan di depan laptop perlu diseimbangkan dengan pemberian pelayanan kepada murid secara langsung. Bagaimanapun murid-murid membutukan interaksi dengan guru secara langsung untuk saling mentransfer energi positif yang pada intinya terkait dengan peningkatan pembelajaran dan juga pendidikan karakter.Â
Baca Juga : Mengupayakan Well Being Murid, Lalu Bagaimana dengan Well Being Guru?
Mengapa hal ini perlu dilakukan? Seorang guru dituntut untuk mewujudkan well being yang baik bagi murid, namun melihat dari sudut pandang guru juga tidak boleh luput dari perhatian. Bagaimana dapat bekerja melaksanakan tugas pokok dan fungsi secara optimal jika worklife balance yang berpengaruh pada well being guru luput dari perhatian.Â
Seorang guru tentunya ingin melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya, namun jikalau tidak ada keseimbangan dalam proporsi tuntutan tugas, mau bagaimana? Padahal beban tanggung jawab seorang guru sangatlah berat, urusan moral murid bukan urusan kaleng-kaleng. Butuh telaten, sabar, dan perhatian sepenuhnya untuk murid jika ingin mewujudkan positive well being pada murid.Â
Kolaborasi, pembagian tugas yang proporsional, adanya ruang aktualisasi diri, adanya ruang pengembangan diri, akan membuat kerja guru lebih efektif. Semua beban tugas yang diberikan tentunya yang berpihak kepada murid, yang memberikan waktu optimal interaksi dengan murid di sekolah sehingga ada transfer energi positif yang lebih antara guru dan murid dalam bingkai pendidikan sesuai dengan falsafah Ki Hadjar Dewantara, pendidikan yang berpihak kepada murid. (prp)