"Keterbatasan bukanlah sebuah penghalang, namun akan menjadi pemantik daya kreativitas bagi guru PJOK untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna."
Baca Juga : Pembelajaran PJOK yang Inklusif dan Tidak Diskriminatif
Berpikir Berbasis Aset
Menghadapi keterbatasan sarana dan prasarana penunjang pembelajaran PJOK dengan mencoba melihat potensi aset lainnya adalah langkah solutif. Masih ada aset-aset lainnya yang dapat dioptimalkan.Â
Pertama modal manusia, tentunya seorang guru pjok memiliki pengalaman dalam hal mengajar atau mungkin pengalaman lainnya yang dapat diterapkan saat pembelajaran. Daya kreativitas yang dimiliki oleh guru pjok akan dapat memodifikasi sebuah permainan untuk pembelajaran meski dalam keterbatasan.Â
Ukuran lapangan yang tidak standar, bukan sebuah permasalahan dalam pembelajaran. Mengoptimalkan ruang yang ada masih dapat melaksanakan pembelajaran PJOK, ini sebagai wujud berpikir berbasis aset terkait modal fisik.Â
Udara yang segar dan bersih pun juga menjadi sebuah aset yang dapat dimanfaatkan ketika tidak ada lapangan olahraga yang mumpuni.
Berolahraga meningkatkan kebugaran jasmani dengan berlari di lingkungan sekitar sekolah dapat meningkatkan daya tahan kardio respiratori, wujud nyata pemanfaatan modal lingkungan.Â
Ragam pilihan model latihan kebugaran jasmani tanpa menggunakan alat yang cukup mahal juga menjadi solusi ketika dihadapkan dengan permasalahan terkait modal finansial.
Terdapat banyak contoh berpikir berbasis aset dalam pelaksanaan pembelajaran PJOK dengan melihat potensi-potensi yang dimiliki sekolah dari segi modal manusia, fisik, lingkungan, finansial, agama budaya, sosial, hingga politik.Â
Simpulannya, ketika dihadapkan dengan keterbatasan saat pembelajaran PJOK, berkeluh kesah hanya akan memperburuk keadaan, sebaliknya berpikir berbasis aset akan memantik daya kreativitas dalam upaya mengoptimalkan pembelajaran PJOK yang menyenangkan dan bermakna.Â