Pendidikan adalah tentang bagaiman melihat murid dengan segala keunikannya, dengan segala potensi yang dimilikinya, dengan segala minat dan bakat yang beragam. Pendidikan seyogyanya berpihak pada murid, melihat murid seusai dengan kodrat alamnya, yakni kondisi anak sejak lahir yang dipengaruhi oleh sosiokulturnya, lalu dituntun untuk dapat adaptif dengan kodrat zamannya.
Memaknai kata 'menuntun' dalam pendidikan dan pendidikan yang berpihak kepada murid, yakni tentang bagaimana memberikan yang terbaik kepada murid, memfasilitasi, membimbing, mengajar, mendidik, hingga mengarahkan murid agar tetap dalam trek yang tepat dalam mewujudkan apa yang telah menjadi mimpi-mimpinya.Â
Namun sebelum menuntun, mencoba untuk merenungkan kembali pula, apakah murid tersebut berkenan dituntun oleh kita atau tidak, atau malah ketika kita mendekat mereka enggan dan menjauhi kita.Â
Artinya, sebelum menuntun, rasanya perlu bertanya apakah sudah mampu menjadi tauladan, apakah sudah mampu menjadi pemantik semangat, dan apakah sudah mampu menjadi pemberi dorongan seperti makna yang tertuang dari falsafah pendidikan Ki Hadjar Dewantara, Ing Ngarsa Sung Tuladha (di depan menjadi tauladan), Ing Madya Mangun Karsa (di tengah membangun semangat), dan Tut Wuri Handayani (di belakang memberikan dorongan).Â
Ketika upaya itu mampu dilakukan, yaki nlah energi positif akan sampai kepada murid-murid tercinta, lalu dengan sendirinya mereka mendekat dan berkenan dituntun dalam upaya meraih mimpinya dalam sebuah konteks pendidikan yang bermakna.
Implementasi Falsafah Pendidikan Ki Hadjar DewantaraÂ
Setelah menemukan hal-hal penting dari falsafah pendidikan oleh Bapak Pendidikan Nasional kita, Ki Hadjar Dewantara, lalu kini saatnya bagaimana mengimplementasikan hal-hal tersebut dalam sistem pendidikan terkini. Sebuah harapan dalam pembelajaran terwujud nyata nilai-nilai tersebut.
Implementasi nyata dalam sebuah sistem pendidikan untuk mewujudkan Profil Pelajar Pancasila, yakni berakhlak mulia, berkebhinekaan global, mandiri, gotong royong, bernalar kritis, dan kreatif.
Pendidikan masa kini, sudah bukan lagi yang berkiblat pada seberapa baik nilai matematika seorang murid dalam mengukur kecerdasannya. Hal-hal tersebut sepatutnya sudah mulai bergeser jikalau benar-benar kembali memegang teguh prinsip yang mengacu pada falsafah pendidikan Ki Hadjar Dewantara.Â
Tidak akan ada lagi yang namanya 'membanding-bandingkan', tidak ada lagi mengkotak-kotakkan. Biarkan murid berkembang sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zamannya. Murid adalah insan yang merdeka dan pendidikan itu adalah memerdekakan, memberi makna, dan menciptakan kebahagiaan. (prp)