"Wujud upaya menjadi atlet top di level senior salah satu tahapannya adalah bukan hanya soal berlatih terprogram namun juga erat kaitannya dengan bagaimana menjalani sebuah kompetisi. Pada masa pandemi seperti ini kompetisi olahraga banyak yang diselenggarakan secara virtual, lalu bagaimana kisah suka dan dukanya?"Â
Tidak hanya soal menjalani latihan secara terprogram saja, namun juga perlu kompetisi untuk mengukur sejauh mana perkembangan seorang atlet. Bagi atlet usia dini, mengikuti kompetisi sangatlah penting, sebagai upaya mengukur perkembangan hasil latihan, meningkatkan kematangan secara psikologis, hingga meningkatkan rasa kepercayaan diri.Â
Namun, untuk usia dini berkompetisi di sini tidak diorientasikan hanya untuk meraih juara dan juara, ada tahapan yang harus dilalui. Satu hal yang pasti adalah fokus pencpaian prestasi puncak ada di level senior. Berkompetisi di usia dini sebagai fase program pembinaan yang harus dilalui.Â
Nah, jika saat sebelum pandemi semua kompetisi usia dini atau level pelajar dapat dilaksanakan dengan luring dan diikuti oleh banyak peserta. Namun, di masa pandemi saat ini, seluruh kompetisi olahraga dipilah-pilah untuk dilaksanakan.Â
Ada yang secara luring dengan ketentuan tertentu serta penerapan protokol kesehatan (prokes) yang ketat, ada pula kompetisi secara virtual untuk beberapa cabang olahraga.Â
Menyoroti kompetisi olahraga secara virtual, biasanya untuk tingkat pelajar kompetisi olahraga virtual untuk cabang olahraga beladiri seperti pencak silat dan karate. Nomor yang dipertandingkan adalah nomor seni. Kisah suka duka tercipta, dan beginilah kisahnya.
"Dalam program pembinaan atlet usia dini, kompetisi sangatlah penting. Namun bagi atlet usia dini orientasi utamanya dalam mengikuti kompetisi selain mengukur hasil latihan adalah tentang bagaimana belajar berkompetisi itu sendiri yaitu tentang bagaimana menyikapi kekalahan dan kemenangan serta bertanding dengan sportivitas tinggi. Dari tahap itulah karakter dan kepribadian atlet terbentuk dengan baik."
Bisa Mengulang Gerakan Seni/Jurus
Jika bertanding secara langsung sudah pasti tekanan yang dirasakan semakin besar. Hal ini memicu rasa grogi dalam menampilkan jurus atau seni dalam beladiri sehingga berpotensi banyak melakukan kesalahan jika tidak dapat menguasai rasa nervous itu sendiri. Mungkin saja ada gerakan yang kurang lengkap, goyang, atau kesalahan kecil lainnya yang dapat mengurangi nilai.Â
Namun jika secara virtual, jika terdapat kesalahan dapat mengulanginya kembali hingga teknik gerakan terlihat sempurna. Rasa grogi di depan kamera juga pasti ada namun pastinya tidak segrogi saat bertanding secara luring.Â