Mohon tunggu...
Prama Ramadani Putranto
Prama Ramadani Putranto Mohon Tunggu... Guru - Menebar Kebaikan dan Energi Positif

Menebar Kebaikan dan Energi Positif

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Ingin Jadi Atlet, Yuk Simak 4 Poin Penting Berikut Ini Sebelum Terlanjur Nyemplung!

9 Agustus 2021   20:50 Diperbarui: 10 Agustus 2021   17:25 661
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Siapa sih yang tidak ingin mengharumkan nama bangsa melalui olahraga, berprestasi gemilang melalui olahraga, dengan bangga berdiri di atas podium menerima kalungan medali, dan mencapai kesejahteraan hidup yang baik hingga hari tua? 

Kesuksesan atlet-atlet idola berhasil menginspirasi banyak orang untuk mengikuti jejaknya menjadi seorang atlet. Menjadi atlet yang sukses dan berprestasi menjadi salah satu profesi idaman."

Melihat kesuksesan pemain sepak bola idola seperti Lionel Messi atau Cristiano Ronaldo dengan kegemilangan prestasi dan kesejahteraan hidupnya siapa yang tidak terinspirasi. Opsi cita-cita semakin bertambah tidak hanya lagi tentang keinginan menjadi dokter, guru, pengusaha, ataupun insinyur. 

Saat ini profesi atlet sudah mulai dilirik. Bagaimana tidak, seseorang melakukan hal yang disenangi namun dapat pula berprestasi dan menjadi pegangan hidup. 

Contoh saja pemain sepak bola yang bermain sepak bola dengan gembira lalu tiap menitnya mendapatkan upah yang tinggi. Lalu pemain bulu tangkis yang mampu meraih prestasi mendapatkan bonus yang besar, pekerjaan, hingga jaminan hari tua. 

Namun itu semua merupakan hal manis yang muncul dan terlihat di permukaan. Dibalik itu semua kita tidak tahu bagaimana perjuangan dan pengorbanan ketika mereka memulai langkah dan memutuskan untuk menjadi atlet sebagai pilihan hidup. 

"Opsi cita-cita semakin bertambah, bukan lagi cita-cita menjadi dokter, guru, atau pengusaha, namun menjadi atlet adalah salah satu cita-cita idaman di masa kini."

Langkah awal dapat berpengaruh besar dalam capaian nantinya. Jika memang berkeinginan untuk menjadi atlet perlu rasanya untuk mempertimbangkan hal-hal berikut sebelum melangkah dan mengambil pilihan baik untuk diri sendiri ataupun untuk putra dan putri tercinta. 

Berikut 4 poin penting sebagai bahan pertimbangan sebelum terlanjur nyemplung dan berkarier menjadi seorang atlet atau olahragawan.

1. Identifikasi Bakat Olahraga 

Kesesuaian minat dan bakat dengan cabang olahraga yang dipilih menjadi kunci penting dalam capaian optimal prestasi di level senior. Oleh sebab itu perlu adanya langkah untuk mengetahui bakat dan kesesuaian cabang olahraga sejak dini. 

Sport Search atau lebih dikenal dengan pemanduan bakat olahraga menjadi solusi yang tepat untuk mengetahui secara detil mengenai kesesuaian hal tersebut. 

Dalam sport search terdapat ragam instrumen tes untuk mengetahui bagaimana kondisi fisik seseorang, mengukur postur, dan menganalisis kesesuaian antara hasil sport search dengan cabang olahraga yang akan ditekuni.

2. Memilih Klub yang Tepat

Setelah mengetahui hasil dari identifikasi pemanduan bakat olahraga, kini langkah selanjutnya adalah memilih klub olahraga yang tepat. 

Hal ini penting karena di klub inilah seseorang akan digembleng dan berproses untuk menjadi atlet yang mampu mencapai performa terbaiknya hingga level senior nanti. 

Hal-hal yang harus diperhatikan mengenai klub pilihan adalah bagaimana reputasi klub tersebut meliputi prestasi atlet-atlet binaannya, kompetensi pelatih, manajemen, program jangka pendek dan jangka panjangnya, metode kepelatihan, hingga fasilitas sarana dan prasarana yang tersedia. 

Hal ini merupakan poin penting penunjang atlet dalam mencapai peak performancenya. Klub yang baik tidak hanya berfokus pada bagaimana mengejar target prestasi saja namun di dalamnya ada sebuah pendidikan karakter yang mana hal ini sangat penting dalam membentuk kepribadian atlet-atletnya. Jangan sampai salah pilih ya!

3. Siapkan "Ragad"

"Jer Besuki Mawa Beya, sebuah pepatah jawa yang mengajarkan tentang suatu keberhasilan yang diraih membutuhkan ragad atau biaya. Biaya di sini tidak hanya soal uang namun juga soal kerja keras, pengorbanan tenaga, waktu, hingga pikiran."

Tidak ada keberhasilan yang diraih tanpa perjuangan dan pengorbanan. Sekalipun sebuah klub olahraga memiliki donatur tetap dalam program pembinaannya, penempaan diri seorang atlet untuk menjadi juara tetap membutuhkan ragad. Semuanya tetap akan bicara soal perjuangan dan pengorbanan. Itu jika sebuah klub memiliki donatur atau sponsor. 

Lalu kalau klub yang tidak memiliki sponsor maka dana operasional berasal dari iuran anggota. Mulai dari biaya sewa tempat, biaya operasional, peralatan, dan untuk mengikuti kompetisi. Semua bermula dari level bawah dan hal ini adalah bentuk investasi untuk prestasi sebagai wujud ngragati yang nyata.

4. Siapkan Plan B 

"Latihan, pendidikan, dan peningkatan keterampilan hidup tetap harus berjalan seirama sebagai modal hidup di hari tua."

Perlu diingat bahwasannya risiko menjadi atlet sangatlah besar serta ada batasan golden age yang perlu disikapi dengan bijak sebelum menentukan pilihan menjadi atlet. Pertimbangan ini yang nantinya mampu membentuk prinsip hidup yang dipegang dengan penuh tanggung jawab. 

Ada hal yang perlu dipikirkan dan turut diperjuangkan selain soal prestasi sebagai atlet yaitu tentang pendidikan dan peningkatan keterampilan hidup sebagai modal tatkala tidak lagi menjadi atlet. Menjadi atlet dengan intensitas latihan dan pertandingan yang begitu tinggi membuat peluang cedera juga semakin besar. 

Hal ini perlu diantisipasi dengan baik. Cedera menjadi momok bagi seorang atlet, terkadang akibat cedera berkepanjangan seorang atlet harus pensiun dini. 

Permasalahan muncul ketika di masa pensiuan tak memiliki keahlian lain untuk bertahan hidup. Permasalahan besar muncul jika hal demikian terjadi. 

Oleh sebab itu meski harus berlatih keras, pendidikan dan peningkatan keterampilan hidup perlu juga untuk diasah sebagai modal jika masa keemasan telah pudar dan harus pensiun. Satu hal yang pasti adalah menyiapkan Plan B jika sewaktu-waktu harus menghadapi kenyataan pahit, pensiun sebagai atlet.

Melihat kesuksesan seorang atlet dengan kehidupan manis yang terlihat di permukaan sungguh mampu menstimulus banyak orang untuk mengikuti jejak atlet idolanya. 

Tak heran jika saat ini opsi pilihan cita-cita semakin bertambah, bukan hanya ingin menjadi dokter, guru, ataupun pengusaha lagi, namun menjadi atlet profesional dengan prestasi gemilang menjadi cita-cita yang juga menjadi idaman. 

Namun dibalik manisnya yang terlihat di permukaan terdapat perjuangan dan pengorbanan yang begitu besar, oleh sebab itu semoga poin penting yang diulas di atas dapat menjadi bahan pertimbangan sebelum menentukan pilihan untuk nyemplung berkarier sebagai atlet. (prp)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun