Beragam kesulitan harus dihadapi dalam pelaksanaan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Namun hal tersebut seharusnya tak membuat surut semangat belajar dan sebaliknya keterbatasan dan lika-liku PJJ menjadi pelecut semangat untuk terus belajar, bergerak, dan memberi makna.Â
Semua mata pelajaran menghadapi tantangannya sendiri dan harus keluar dari kesulitannya masing-masing sehingga di sinilah kreativitas guru sangat berperan. Tak terkecuali pada mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK).
PJOK tanpa praktik rasanya sungguh hambar. Kekhawatiran membuncah jika lama kelamaan PJOK berubah menjadi Sastra Olahraga, saking-sakingnya jarang bergerak berolahraga dan tugas yang diberikan oleh guru hanya sekedar mengerjakan soal-soal, membaca, dan meresume.Â
Hal ini baik namun esensi dari PJOK yang mana berkaitan tentang gerak pun seakan tergerus. Lalu akan memunculkan kekhawatiran akan tidak tercapainya dari tujuan PJOK itu sendiri, yaitu meningkatkan ketrampilan gerak dan juga meningkatkan kebugaran jasmani peserta didik.Â
Perkara kekhawatiran PJOK berubah menjadi Sastra Olahraga tadi hanya guyonan saja lho ya.Â
Jika pembelajaran tatap muka maka pembelajaran PJOK dapat berjalan dengan optimal dan mengasyikkan. Ada interaksi antara guru dan peserta didik yang intens ketika belajar dan bergerak bersama.Â
Kehangatan itu pun sepertinya sirna saat ini. Ketika pembelajaran tatap muka pun guru dapat sepenuhnya mengawasi bagaimana gerak-gerik peserta didik di lapangan ketika pembelajaran praktik.Â
Sedangkan saat ini sungguh sangat sulit untuk dapat mengawasi peserta didik. Oleh sebab itu perlu rasanya melakukan beberapa hal berikut agar pembelajaran PJOK dapat berjalan optimal dan tetap aman terkendali.
"Setiap orang menjadi guru, setiap rumah menjadi sekolah" - Ki Hajar Dewantara
Komunikasi Guru dan Orang Tua/WaliÂ