Jagad media baru saja diramaikan tentang keberanian Vanuatu yang mengusik urusan internal Indonesia terkait Papua. Secara lantang dan menantang Perdana Menteri Vanuatu memberikan pernyataan yang isinya adalah  mensinyalir adanya pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) di Papua.Â
Pernyataan itu terang-terangan disampaikan pada sidang umum PBB 29 Sepetember 2020 lalu. Hal tersebut sangatlah menyinggung perasaan hingga akhirnya pernyataan tak berdasar dan menyudutkan itu dibantah oleh diplomat muda Indonesia, yakni Silvany Austin Pasaribu.Â
Video aksi Silvany saat memberikan pernyataan tanggapan terhadap apa yang disampaikan oleh Perdana Menteri Vanuatu pada sidang umum PBB seketika viral di media sosial.Â
Netizen pun berlomba-lomba untuk mencari tahu tentang apa yang sebenarnya terjadi. Benar saja jiwa nasionalisme terbakar setelah menyaksikan video tersebut. Netizen +62 tak terima dengan pernyataan memalukan oleh Perdana Menteri Vanuatu yang jelas tak berdasar itu.Â
Saat itu juga netizen +62 berbondong-bondong mengunjungi akun media sosial Kepulauan Vanuatu. Tak lain dan tak bukan tujuannya adalah untuk menumpahkan segala kekesalan atas perilaku dan tutur kata sang perdana menteri pada sidang umum PBB yang sungguh sangat tak pantas disampaikan.Â
Benar saja netizen +62 menggila sejadi-jadinya di akun @vanuatuislands. Kolom komentar dihujani berbagai macam hinaan tentang dimana lokasi negara Vanuatu yang tak ada di peta bahkan ada pula hinaan-hinaan berbau rasisme. Mungkin Vanuatu belum tahu betapa ganasnya netizen +62 di media sosial.Â
Seketika itu pula akun @vanuatuisland menutup kolom komentarnya. Mungkin Vanuatu sudah mulai merasakan betapa pedasnya komentar-komentar netizen +62 yang membanjiri.Â
Menyoroti perilaku netizen yang kurang tepat dalam mengeskpresikan kekecewaan sebagai bentuk nasionalisme atas bangsanya yang disudutkan oleh pernyataan tak mendasar di dunia internasional dengan berbagai hinaan yang berbau rasisme sungguh menyedihkan juga rasanya.Â
Hal tersebut jelas tak mencerminkan tentang nilai-nilai saling menghormati dan menghargai keberagaman yang jelas terdapat dalam "Bhineka Tunggal Ika".
Berdasarkan peristiwa di atas terkait perilaku netizen +62 dalam mengeskpresikan kekesalannya, hal tersebut dapat menjadi bahan koreksi untuk bangsa ini.Â
Ternyata kearifan lokal tentang rasa saling menghargai dan menghormati keberagaman belum mampu membentuk karakter bangsa ini seutuhnya.Â
Jelas terpampang nyata bahwasannya cara yang kurang tepat dalam menyampaikan kekesalan melalui media sosial yang dilakukan di akun @vanuatuisland oleh netizen +62 menunjukkan ketidakdewasaan dalam bersikap ketika dicela harga diri bangsanya.
Sebenarnya melihat tanggapan yang disampaikan oleh Silvany Austin Pasaribu sangatlah baik, keras, tegas, namun tetap beretika. Merepresentasikan Indonesia yang sesungguhnya.Â
Tanpa perlu menghina balik, pernyataan bantahan Silvany sangatlah menohok pihak Vanuatu yang tak tahu diri. Terlihat lebih elegan dalam membantah dan tanpa harus merendahkan dengan hinaan rasis.Â
Masih banyak cara yang baik bak ksatria yang bisa dilakukan dalam bersikap ketika harga diri bangsa Indonesia sengaja 'disenggol' oleh bangsa lain, dan Silvany telah menunjukan hal itu. (prp)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H