Mohon tunggu...
Prama Ramadani Putranto
Prama Ramadani Putranto Mohon Tunggu... Guru - Menebar Kebaikan dan Energi Positif

Menebar Kebaikan dan Energi Positif

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Cinta Alam dan Kasih Sayang Sesama Manusia

22 September 2020   10:26 Diperbarui: 22 September 2020   10:40 4616
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Banjir Jadi Langganan, Mau Sampai Kapan? - Sumber : kompas.com

Baru saja diguyur hujan, berita banjir di beberapa kota bermunculan. Salah satu teman bercerita bahwa tempat tinggalnya di Katingan, Kalimantan Tengah baru saja diterjang banjir. Lalu di Bogor juga demikian dan bahkan dinyatakan status siaga 1. Selalu saja begitu apabila hujan datang. Bagi beberapa daerah yang sering terjadi banjir harus senantiasa siap siaga dan waspada banjir tingkat tinggi. Menyiapkan segala sesuatu untuk keselamatan jiwa.

Memang sejak dulu banjir menjadi tamu langganan yang tak diharapkan bagi beberapa kota seperti Jakarta. Sejak Benyamin Sueb menyanyikan lagu 'Jakarta Kebanjiran' sampai saat ini masih saja banjir belum dapat teratasi secara optimal. Sebenarnya tidak hanya Jakarta saja namun juga beberapa daerah lainnya juga sering menjadi langganan banjir. Mungkin karena Jakarta adalah Ibukota maka pemberitaan lebih terpusat ke sana. 

Banjir sungguh menjadi malapetaka bagaimana tidak, barang-barang berharga hanyut, rumah ikut terbawa, bahkan tak sedikit korban jiwa akibat banjir. Selalu dan selalu terjadi, permasalahan tak diselesaikan sampai ke akar-akarnya. Hal ini sesungguhnya menjadi teguran bagi kita semua. Mengapa terjadi dan terjadi lagi. Merenung dan instropeksi diri adalah kunci.

Teringat pada Dasa Dharma Pramuka yaitu 'Cinta Alam dan Kasih Sayang Sesama Manusia'. Banjir tidak akan terjadi di tengah-tengah kita apabila kita sebagai manusia dan mencintai alam di sekitar kita. Merenungkan tentang bagaiman perilaku kita terhadap lingkungan terhadap alam apakah sudah membuktikan bentuk cinta terhadapnya atau hanya kedzaliman saja, begitulah kiranya.

Sebagai contoh di lingkup kecil tentang perilaku kita saat membuang sampah. Apakah sudah sadar diri untuk menempatkan sampah pada tempatnya atau malah menempatkan sampah di tempat yang tidak semestinya. 

Sebagai manusia yang mencintai alam tentunya akan berperilaku sebagai manusia yang mencintai alam sebagai bentuk kasih sayang sesama manusia. Bagaimanapu kesalahan yang dilakukan akibat dzalim kepada alam adalah akan berdampak pada manusia lainnya yang mungkin tak berdosa dan senantiasa menjaga lingkungan alam sekitar.

Penebangan hutan baik yang legal maupun ilegal dimana-mana. Yang legal pun apakah benar-benar telah memperhatikan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) bagaimana dengan penebangan hutan liar yang jelas ilegal. Mungkin karena ketamakan dan keserakahan dampaknya terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar sangat berbahaya sedangkan keuntungan hanya untuk pihak-pihak tertentu yang tidak bertanggung jawab.

Pembangunan dimana-mana pun apakah juga memperhatikan Amdal? Percepatan pembangunan infrastruktur seharusnya benar-benar meperhatikan Amdal semaksimal mungkin untuk meminimalisasi bencana alam yang mungkin terjadi akibat kelalaian. Terkadang sering kita temukan bahwa suatu proyek pembangunan yang ada tidak mempedulikan hal-hal yang penting terkait lingkungan dan keselamatan hanya berpikir "yang penting jadi duit" karena ketamakan dan keserakahan. Mari kita renungkan apakah benar hal tersebut benar-benar terjadi?

Dasa Dharma Pramuka tentang cinta alam dan kasih sayang sesama manusia sangat relevan menjadi bahan renungan mengapa bencana alam sering terjadi khususnya banjir. Perilaku kita terhadap alam akan berdampak pada penghuni bumi seluruhnya. Maka dari itu benar kiranya mengamalkan salah satu dari Dasa Dharma Pramuka dengan mencintai alam menjaga alam dengan penuh tanggung jawab sebagai bukti kasih sayang sesama manusia agar tidak ada korban akibat bencana alam. (prp)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun