Dalam pelaksanaan pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau bisa disebut juga dengan pembelajaran daring muncul berbagai macam kendala yang mengakibatkan angka partisipasi mengikuti kegiatan pembelajaran daring terbilang rendah. Mulai dari masalah ekonomi berkaitan dengan mahalnya kuota internet, ketersediaan gawai hingga sinyal yang tiba-tiba menghilang entah kemana. Hal-hal seperti itu sangat mengganggu dan menghambat terlaksananya pembelajaran jarak jauh.
Pembelajaran jarak jauh untuk saat seperti ini memang harus dilakukan dan menjadi opsi yang tepat. Mengapa demikian? Kita semua tidak ingin mengorbankan generasi muda penerus bangsa di tengah masa pandemi dimana angka terkonfirmasi covid19 cukup terbilang tinggi. Jangan ambil resiko perihal kesehatan dan keselamatan jiwa.Â
Oleh karena itu pemerintah berupaya sedemikian rupa untuk terus memberikan layanan pendidikan secara prima. Penggunaan dana BOS yang diatur sedemikian rupa agar tepat sasaran dan meminimalisasi peluang terjadinya korupsi akhirnya penggunaannya bisa lebih luwes dan dapat digunakan untuk biaya pembelian kuota internet bagi siswa. Langkah tepat untuk menunjang terlaksananya pembelajaran jarak jauh secara optimal.
Mengingat dalam proses pembelajaran jarak jauh kuota internet yang dibutuhkan tidak sedikit. Terlebih apabila pembelajaran harus dilakukan melalui video conference. Coba kita berhitung berapa kebutuhan data internet dalam satu bulan apabila dalam satu sesivideo conference selama enam puluh menit membutuhkan satu gygabyte. Satu jam untuk satu mata pelajaran sedangkan dalam satu hari ada tiga atau empat mata pelajaran. Cukup fantastis bukan kebutuhan data internet dalam pelaksanaan pembelajaran daring?
Lalu apabila ternyata pemerintah mampu memberikan bantuan pulsa atau kuota internet secara ideal hal tersebut patut diapresiasi bagaimana kepedulian pemerintah terhadap terlaksananya penddikan di negeri ini. Namun masalah tak cukup tentang subsidi pulsa saja akan muncul lagi mengenai sinyal. Dan juga bagaimana mekanisme distribusi subsidi pulsa.Â
Mengingat fakta di lapangan berbicara untuk daerah tertentu beberapa provider tidak mampu menjangkaunya. Sehingga terasa sekali sinyal sangat susah pendidikan tidak dapat diakses dengan mudah. Sebuah catatan untuk segera diperbaiki apabila serius dalam mengoptimalkan pelayanan pendidikan kepada seluruh anak bangsa yang memiliki hak yang sama.
Perlu mengapresiasi atas perjuangan orang tua dan siswa yang berupaya maksimal untuk mengakses pendidikan meskipun dalam keterbatasan. Perlu melihat dan mendengarkan serta merasakan bagaimana perjuangan mereka. Harus keluar rumah menuju perbukitan hanya untuk mendapatkan sinyal. Harus belajar dari atap rumah hanya karena mencari sinyal yang stabil sehingga dapat mengikuti video conference dalam pembelajaran daring. Begitulah fakta di lapangan yang benar-benar terjadi. Namun begitu, tersirat pendidikan karakter di dalamnya tentang tanggung jawab dan pantang menyerah.
Kondisi sulitnya akses internet untuk menunjang tercapainya tujuan pembelajaran melalui pembelajaran jarak jauh semestinya menjadi prioritas pemerintah untuk segera dibenahi. Karena perlu diingat bahwasannya setiap anak bangsa memiliki hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan. Kalau masih seperti ini apakah dapat disebut dengan keadilan? Tidak mudah memang namun wajib diupayakan dan diprioritaskan. (prp)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H