Apa yang terpikirkan apabila anda mendengar tentang beladiri? Film lagakah? Atau aktor laga seperti Jackie Chan, Jet Lee, atau Iko Uwais? Mungkin juga teringat kembali ke masa lalu tentang bagaimana hebohnya dan boomingnya komik laga seperti Kho Ping Ho.Â
Beladiri identik dengan kekerasan, namun jangan salah, terdapat makna tersirat ketika anda belajar beladiri. Nilai-nilai filosofis yang terkandung dalam beladiri sejatinya jauh dari kekerasan yang kerap kali diidentikkan dengan beladiri itu sendiri.
Kali ini kita akan sedikit berbicara mengenai salah satu beladiri asal Jepang yaitu karate. Salah satu aktor laga legendaris dengan latar belakang beladiri karate adalah Jean Claude Van Damme. Pasti semua mengenalnya.
Dalam belajar beladiri khususnya karate yang pertama kali dipelajari adalah bukan menendang, memukul, dan teknik serangan terlebih dahulu. Tetapi sebaliknya kita akan belajar tentang 'rei' (hormat) dan bagaimana menangkis. Mengapa demikian, karena beladiri itu sendiri bertujuan untuk melindungi diri dari berbagai macam ancaman yang membahayakan diri. Selalu menghormati menjadi hal yang ditekankan. Saat hormatpun pandangan tidak sepenuhnya melihat ke bawah, namun tetap bersiap siaga mengawasi apa yang akan terjadi dari arah depan kita.Â
Mengapa kita belajar tangkisan terlebih dahulu? Seperti apa yang diajarkan oleh Gichin Funakoshi bahwasanya apabila kita menyelesaikan suatu masalah dengan kepalan tangan maka artinya sama saja kita menjatuhkan harga diri kita sendiri.Â
Berdasarkan apa yang disampaikan Gichin Funakoshi bahwasanya belajar beladiri tidak untuk menyakiti orang lain. Sesulit apapun kondisi permasalahan yang dihadapi seyogyanya dapat diselesaikan dengan tenang dan kepala dingin. Beladiri menjadi jalan terakhir.
Semua itu terepresentasikan di dalam "kata" (seni dalam karate). Apabila diperhatikan dengan seksama semua gerakan kata pasti diawali dengan tangkisan. Saat memainkan kata pun diawali dan diakhiri dengan hormat. Tidak ada satupun kata yang diawali dengan teknik serangan.
Dalam karate terdapat sumpah karate yang senantiasa harus dipegang teguh oleh karateka sehingga karate tidak hanya sekedar beladiri namun juga sebagai jalan hidup.Â
Dalam sumpah karate, seorang karateka harus mampu untuk memelihara kepribadian, patuh terhadap kejujuran, mempertinggi prestasi, menjaga sopan santun, dan menguasai diri. Sumpah selalu diucapkan setiap sebelum dan seudah latihan saat tradisi karate. Mudah diucap namun butuh ikhtiar luar biasa untuk dapat diamalkan dalam kehidupan keseharian. Sebuah tanggung jawab moral seorang karateka untuk menjaga amanah atas sumpahnya jangan sampai dicap "jarkoni" (Iso ujar ga iso ngelakoni) alias bisa bicara namun tidak bisa melakukannya.Â
Dengan begitu karateka diharapkan tidak hanya mampu melakukan teknik ketrampilan beladiri dengan baik saja namun juga mampu menjadi pribadi yang baik dengan memegang teguh nilai-nilai luhur yang tersirat di dalam karate sebagai beladiri.Â