Saya tidak menyangka saya telah menjalani pendidikan di Kolese Kanisius selama hampir 6 tahun. Saya melakukan sedikit kilas balik di otak saya dan saya mengingat tentang masa-masa saya selama bersekolah di Kolese Kanisius. Saya ingat ketika saya melakukan tes masuk ketika saya SD dan tes masuk saya lakukan juga tidak sedikit. Saya harus melalui tiga tahap tes yaitu tes fisik, tes wawancara, dan tes tertulis. Saya juga ingat reaksi saya ketika saya mengetahui bahwa saya diterima dan ketika pertama kali saya menginjakkan kaki di sekolah saya dengan rasa bangga. Saya merasa momen-momen tersebut menjadi momen terbesar dalam hidup saya dan saya merasa bangga atas perjalanan yang telah saya lalui selama saya bersekolah di Kolese Kanisius.
Tetapi sayang sekali, saya tidak dapat merasakan banyak pengalaman di Kolese Kanisius ketika saya SMP. Hal itu dikarenakan adanya pandemi Covid-19 yang membuat saya dan teman-teman saya terdampar di rumah selama 2 tahun. Walaupun begitu, saya ingat ketika kelas 7 Semester 1 saya menjalani sekolah tatap muka. Saya ingat sekolah itu masih belum memiliki gedung tengah. Lapangan bola lama dengan rumput liar yang tinggi pun masih ada. Saya ingat ketika saya kelas 7, saya mengikuti ekskul sepak bola dan setiap kali saya bermain sepak bola saya selalu merasakan rasa gatal di kaki. Memang sedikit menyebalkan, tetapi juga menyenangkan karena saya dapat bermain bola.
Tetapi pada saat pertengahan semester 2, terjadi pandemi yang membuat saya harus belajar secara daring dirumah selama 2 tahun. Saya ingat pembelajaran tersebut sangat membosankan karena saya tidak dapat bertemu dengan teman-teman saya. Di satu sisi, saya merasa senang karena saya tidak perlu bangun terlalu pagi. Tetapi di sisi lain, saya merasa rindu dengan teman-teman saya dan terkadang saya berharap agar pandemi cepat selesai. Tanpa saya sadari, ternyata sedang ada pembangunan gedung tengah di Kolese Kanisius.
Dengan adanya pembangunan tersebut, banyak yang harus dikorbankan untuk sementara waktu seperti lapangan bola, lapangan voli, dan juga trek lari. Pembangunan tersebut juga memakan waktu kurang lebih 3-4 tahun sebelum akhirnya gedung tengah dibuka dan dapat digunakan. Jujur saya saya merasa senang karena saya bisa melihat gedung tinggi di CC yang dapat memuat banyak ruangan. Dengan adanya gedung tengah, Kolese Kanisius memiliki ruang teater baru, aula baru, perpustakaan baru, ruangan OSIS baru, ruangan-ruangan Informatika baru, serta masih banyak lagi. Saya merasa dengan adanya gedung tengah menjadi titik awal dari pembangunan besar-besaran Kolese Kanisius untuk persiapan Kolese Kanisius yang akan mencapai umur 100 tahun di tahun 2027 nanti.
Saat ini pun Kolese Kanisius sudah memiliki ruangan gym baru yang dapat berperan penting untuk menjaga kebugaran tubuh para murid. Pembangunan gym merupakan salah satu permintaan dari para murid Kolese Kanisius yang akhirnya terpenuhi. Untuk kedepannya, Kolese Kanisius diharapkan untuk mengembangkan sekolah menjadi lebih baik lagi agar Kolese Kanisius bukan hanya menjadi pusat pendidikan para murid, tetapi juga menjadi tempat yang nyaman bagi para murid untuk mengembangkan diri di luar rumah. Untuk itu, diharapkan kerja sama antara direksi, guru, dan para calon siswa untuk mempertahankan alma mater dan nama baik Kolese Kanisius di masa depan agar sekolah ini dapat terus memberikan yang terbaik bagi agama dan masa depan negara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H