Mohon tunggu...
Pramudya Nadhif Laksono
Pramudya Nadhif Laksono Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Suka bola

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Keseruan di Balik Toleransi

22 November 2024   20:22 Diperbarui: 22 November 2024   20:45 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Adrenalin memacu jantungku saat bus meluncur meninggalkan kota. Bersama teman-teman dari Kolese Kanisius, kami memulai perjalanan tak terlupakan ke Pesantren Darul Falah. Semangat membara, namun seulas keraguan menyelimuti. Bagaimana jadinya jika kami, yang terbiasa dengan gaya hidup modern, harus menyesuaikan diri dengan rutinitas pesantren yang sangat berbeda?

Keraguan itu sirna seketika ketika kaki kami menginjak halaman pesantren. Senyuman hangat para santri dan pengurus menyambut kami. Sejak saat itu, kami pun larut dalam kehidupan mereka. Hari-hari kami dipenuhi dengan kegiatan yang begitu berbeda dari rutinitas sekolah. Kami bangun pagi-pagi untuk sholat subuh berjamaah, lalu mengikuti pelajaran kitab kuning, menghafal Al-Quran, dan berbagai kegiatan lainnya.

Awalnya, kami merasa seperti ikan yang baru saja dilempar ke dalam kolam. Segala sesuatu terasa asing dan menantang. Bangun pagi sebelum subuh adalah hal yang baru bagi sebagian besar dari kami. Saat mengikuti pelajaran kitab kuning, kami seringkali kebingungan dengan istilah-istilah yang belum pernah kami dengar sebelumnya. Namun, seiring berjalannya waktu, kami mulai terbiasa dengan ritme kehidupan pesantren. Setiap hari, kami belajar arti disiplin, kesederhanaan, dan pentingnya ilmu pengetahuan.

Salah satu momen yang paling berkesan adalah saat kami mengikuti kegiatan mengaji. Duduk berdampingan dengan para santri, kami sama-sama berusaha memahami makna ayat-ayat suci. Meskipun berbeda agama, kami merasakan ketulusan yang sama dalam mencari kebenaran. Ada perasaan tenang dan damai yang menyelimuti hati saat kami melantunkan ayat-ayat Al-Quran bersama-sama.

Pesantren Darul Falah bagaikan sebuah oase di tengah gersangnya kehidupan modern. Suasana asri dan tenang di sana membuat kami merasa damai. Bangunan-bangunan tradisional yang berpadu harmonis dengan alam sekitar menciptakan suasana yang begitu teduh. Pohon-pohon rindang dan kolam ikan menjadi saksi bisu perjalanan spiritual kami. Di setiap sudut pesantren, kami menemukan keindahan sederhana yang begitu membekas di hati.

Malam hari menjadi waktu yang kami nanti-nanti. Kami berkumpul di masjid untuk mendengarkan ceramah agama. Ustadz yang menyampaikan ceramah dengan penuh kharisma selalu menyisipkan pesan-pesan toleransi dan persaudaraan. Beliau mengajak kami untuk saling menghormati perbedaan dan membangun persatuan. Kata-katanya menggugah hati kami dan membuka pikiran kami tentang pentingnya hidup berdampingan secara damai. Salah satu pesan yang paling berkesan adalah ketika beliau mengatakan, "Kita semua adalah anak-anak Tuhan, meskipun jalan yang kita tempuh berbeda."

Pengalaman di Darul Falah semakin memperkuat keyakinan kami bahwa toleransi adalah nilai universal yang harus dijunjung tinggi oleh setiap individu. Dalam era globalisasi seperti sekarang, perbedaan agama, suku, dan budaya adalah hal yang lumrah. Untuk hidup berdampingan secara harmonis, kita perlu saling menghargai dan menghormati perbedaan tersebut. Toleransi bukan berarti mengorbankan prinsip-prinsip agama atau keyakinan masing-masing. Justru sebaliknya, toleransi adalah bentuk pengakuan terhadap hak asasi manusia untuk beribadah dan menjalankan keyakinan sesuai dengan hati nuraninya.

Selama tiga hari di pesantren, kami tidak hanya belajar tentang agama, tetapi juga tentang kehidupan. Kami belajar tentang arti persahabatan, kerja sama, dan saling membantu. Kami belajar bahwa kebahagiaan tidak selalu datang dari hal-hal materi, tetapi dari ketulusan hati dan kepuasan batin. Salah satu pengalaman yang paling berharga adalah ketika kami membantu para santri menyiapkan makanan untuk buka puasa. Kami merasakan betapa berartinya gotong royong dan bekerja sama untuk tujuan bersama.

Kembali ke sekolah, kami membawa pulang banyak pelajaran berharga. Pengalaman di Darul Falah telah mengubah perspektif kami tentang kehidupan. Kami menyadari bahwa perbedaan tidak perlu menjadi penghalang untuk bersatu. Justru, perbedaan dapat menjadi kekuatan jika kita mampu saling menerima dan menghargai.

Kami berharap pengalaman ini dapat menginspirasi teman-teman kami di sekolah dan masyarakat luas. Mari bersama-sama membangun Indonesia yang lebih toleran, damai, dan sejahtera. Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan persaudaraan.

Secara pribadi, pengalaman ini telah mengajarkan saya banyak hal. Saya belajar bahwa hidup tidak hanya tentang diri sendiri, tetapi juga tentang orang lain di sekitar kita. Saya juga belajar bahwa kebahagiaan sejati dapat ditemukan dalam kesederhanaan dan kepuasan hati. Pengalaman ini telah membuka mata saya tentang pentingnya toleransi dan persaudaraan dalam kehidupan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun