Mohon tunggu...
pram_
pram_ Mohon Tunggu... -

Gemar menertawai diri sendiri, berkaca mewarnai hati, melukis mimpi dan memahat nyata...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Filosofi Onde-Onde

28 Juni 2012   02:33 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:28 904
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1340850390921951301

Kemarin pagi istriku membelikanku onde-onde, kudapan yang telah lama absen dari perut dan mulutku.

Begitu pandai dia membaca pikiranku, karena lidah ini telah lama merindu rasa kacang hijau itu.

Dengan penuh semangat, ku lumat onde-onde itu bulat-bulat.

Tak dinyana..

Semakin cepat dan kuat ku mengunyah, onde-onde itu pecah ke segala arah.

Volumenya semakin membuncah, dan memenuhi mulutku yang semakin mecucu.

Tapi tak cukup hanya itu, menelannya-pun membutuhkan perjuangan yang tak ringan.

Cepat-cepat kuraih gelas, untuk melumasi jalan kerongkongan yang mulai stagnan.

Ah... ternyata kegembiraan seketika dapat berubah menjadi siksaan, jika kita terlalu gembira menyikapinya.

Selamat dari siksaan onde-onde, akal sehatku pun mulai kembali.

Iseng-iseng ku amati onde-onde itu dengan seksama.

Bentuknya bulat, berwarna coklat, dan berisi kacang hijau yang lezat.

Begitu tinggi nilai seni onde-onde ini.

Bahannya beraneka rupa, dan entah darimana saja asalnya..

Kacang hijau bisa datang dari Blora.

Tepung Beras dan Ketan bisa datang dari pabrik SriBoga di Semarang.

Vanilla-nya mungkin dari garut.

Garam-nya dari madura.. dan Gula pasir berasal dari thailand, mengingat impor gula masih merajalela.

Semesta bekerjasama, mempertemukan mereka di sebuah dapur di bilangan Sepakat, Pontianak sana..

Di warung lusuh tempat sepasang manusia bermandi peluh pagi-pagi buta.

Merendam kacang hijau selama 4 jam, agar mau telanjang dari kulitnya.

Merebusnya sampai empuk, kemudian ditumbuk.

Mengaduk adonan tepung beras dan ketan, sampai kalis dan mudah dibentuk.

Penggorengan-pun menyala dengan bara.. dan bulatan-bulatan itu masuk kedalamnya.

Semuanya dilakukan mereka, demi anaknya yang kini sedang sekolah sarjana..

Kuamati lagi onde-onde itu dengan kekagumanku, betapa rumitnya konstelasi wijen dipermukaannya.

Hmmm...

Ternyata hidup itu seperti onde-onde.

Pusing jika kita bertanya bagaimana memasang wijen itu satu persatu.

Gelindingkan saja, dan seketika wijen-wijen itu telah berada di tempat semestinya.

life : let it flow easily...

Salam onde-onde.. :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun