saya sering salah menduga bahagia
bahagia bagi saya sering menjelma sebagai gunung di kejauhan
indah, biru, tinggi menjulang, dan tak tergapai
tak peduli sekencang apapun saya berlari sampai habis energi
gunung itu tidak menjadi lebih dekat, tetap angkuh berdiri ditempatnya.
namun saya tidak menyerah dan jera
walau letih mendera, saya tetap berjuang mendaki-nya
satu per satu langkah kaki tertuju
merasakan teriknya matahari di tengah sawah
menyeberang sungai yang dingin dan menusuk tulang
menyusup hutan belantara yang rindang dan penuh dengan binatang
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!