Mohon tunggu...
Budi Prakarsa
Budi Prakarsa Mohon Tunggu... -

Saya karyawan biasa yang senang jalan-jalan.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Kuching, Ternyata Asalnya Memang dari Kucing

3 Mei 2012   10:38 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:47 3380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13360434032073372468

Teringat masa saya masih di sekolah dasar, ketika bersama teman-teman SD melihat-lihat peta Indonesia.

Saat itu pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), dan murid-murid diarahkan Pak Guru Tugiyo, guru saya kelas 5,  untuk melihat kota-kota di Indonesia di peta.

Wah betapa luasnya Indonesia dan tidak pernah terpikir bagaimana suasana dan keadaan di kota-kota nun jauh di beberapa pulau besar.

Gimana ya kota Ujung Pandang itu?...(waktu itu masih Ujung Pandang sebutannya…bukan Makassar). Atau gimana ya kota Ambon itu? “Jauh banget ya dari Jakarta” dalam hati ku.

Tapi seketika, setelah memperhatikan dimana kota Pontianak, kami tertawa bersama ketika satu rekan kami menunjukan sebuah kota bernama “Kuching”.

“Lucu namanya,…jangan-jangan di sana banyak kucing meongnya…hehehe ”seru anak-anak. Tapi, lanjut yang lain, kayaknya bukan di Indonesia deh" kata teman saya itu sambil menunjuk garis merah pemisah wilayah Kalimantan bagian utara. Ya,… di situ tertulis dua wilayah besar Malaysia sebagai Sarawak dan Sabah. Dua wilayah milik Malaysia...bukan Indonesia. Dan kota Kuching itu ada di Sarawak.

[caption id="attachment_185969" align="alignnone" width="500" caption="Kucing raksasa di tengah kota Kuching."][/caption] Tiga puluh tahun kemudian, tidak disangka-sangka, saya berkesempatan ke kota itu. Dan surprise-nya, rekan-rekan saya di sana menceritakan bahwa memang benar kata “Kuching” itu berasal dari binatang kucing. Dan terbukti ketika saya dijemput dari Bandara Kuching ke hotel, banyak sekali patung-patung berbentuk kucing. Yang terkenal adalah patung-patung yang ada di depan kantor Balaikota bagian selatan Kuching. Juga di area Chinatown dimana banyak dijumpai di pertigaan atau perempatan jalan.

(Kota Kuching ‘terbagi’ menjadi dua bagian: selatan dan utara, dimana bagian Selatan lebih banyak sebagai pusat perdagangan dan dihuni oleh mayoritas keturunan China. Sedangkan di Utara lebih banyak sebagai area Melayu dengan banyak pemukiman penduduk dan area wisata alam)

Yang jadi pertanyaan saya,…kenapa dinamakan ‘Kuching”? Konon menurut rekan saya, yang kebetulan mantan orang pariwisata lokal, nama tersebut diambil karena pada sekitar 200 tahun lalu banyak kucing di sana. Dan orang Inggris sebagai negara penjajah di sana yang menamakan daerah itu sebagai Kuching. Dulunya, area Sarawak, termasuk Kuching, adalah wilayah Sultan Brunei. Tapi  akhirnya dikelola oleh petualang Inggris James Brooke.

Kuching sendiri, menurut pandangan saya selama 4 hari berkunjung ke sana, adalah kota yang rapih, nyaman, dan infrastruktur yang cukup maju. Jauh dibandingan dengan kota-kota lain di wilayah Kalimantan. (orang Malaysia tidak menyebut "Kalimantan", tapi "Borneo").  Entah kenapa selalu kita tertinggal…walaupun kekayaan alam rasanya lebih banyak di daerah Timur dan Tengah Kalimantan.

Sangat jarang saya menjumpai polisi. Tapi warga di sana cukup tertib dalam berlalu lintas dan hampir tak pernah saya dengar suara klakson. Di Jakarta, tiap detik saya dengar suara klakson pada jam sibuk. Tapi,…ya maklum juga sih karena penduduknya cuma 1/10 nya Jakarta.

Berkendara di sana sama nyamannya dengan jika kita berkendara di jalan tol di luar kota. Jalan rata dan halus kayak pipinya Siti Nurhaliza. Sesekali ada juga macet, tapi tidak sehiruk pikuk penuh debu dan emosi seperti di pertigaan Slipi misalnya.

Begitulah laporan sangat sekilas dari kota meong….pus..pus..pus.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun