Diana mengurut dadanya berkali-kali, tiba-tiba nafasnya terasa sesak, hari ini dia kembali dipanggil oleh wali kelas. Andre, putra semata wayangnya kembali berulah, memukul teman yang mengambil penghapusnya tanpa izin.
Ya, Andre, usia sembilan tahun, sangat mudah bereaksi terhadap hal-hal yang membuatnya merasa terganggu.Â
Berteriak, membanting, melempar barang, menendang, memukul, adalah cara Andre mengungkapkan rasa marah.
Aduhh, usia sembilan tahun saja sudah memukul orang, bagaimana kelak kalau sudah besar nanti? Diana sungguh cemas.
Apa itu marah?
Marah, adalah salah satu bentuk emosi negatif, luapan perasaan yang muncul ketika seseorang berada dalam situasi yang tidak menyenangkan. Sesungguhnya ini adalah hal yang wajar, tidak ada orang yang suka dengan situasi yang tidak menyenangkan.Â
Namun mudah marah, berteriak, langsung membanting, melempar barang, menendang, bahkan memukul orang yang membuatnya merasa terganggu, tentu adalah hal yang berbeda.
Mengapa anak mudah marah?
1. Faktor bawaan lahir
Merengek dan menangis adalah cara bayi menyampaikan keinginan atau rasa tidak nyamannya kepada orang di sekitarnya. Jadi bayi menangis tentu adalah hal yang sangat wajar.
Namun jika diperhatikan, setiap bayi mempunyai bawaannya masing-masing. Ada yang mampu bersabar menunggu sebentar jika rengekannya saat lapar tidak direspon, ada yang langsung menangis kencang.
Ada bayi yang mudah beradaptasi, tetap tidur tenang mau dibawa menginap ke mana saja, ada yang langsung gelisah dan menangis sepanjang malam jika menginap di tempat baru.
Ada pula bayi yang setiap pagi bangun langsung ceria sepanjang hari, ada yang selalu membuka hari dengan kerewelan dan tangisan.
2. Pola asuh orang tua
Jika sudah pernah membaca artikel yang saya tulis, semua permasalahan pada anak pasti ada tertera pola asuh sebagai salah satu pemicunya.Â