Kompasiana mengangkat topik "Kebiri hewan liar apakah pilihan yang tepat?". Topik ini menarik perhatian saya sebagai pecinta kucing. Namun saya tidak menyebut kucing yang hidup di jalanan sebagai hewan liar.
Hewan liar, adalah hewan yang hidup bebas pada habitatnya. Artinya hidup pada lingkungannya di mana ia dapat memanfaatkan lingkungan tersebut untuk keberlangsungan hidupnya dan berkembang biak.
Ketika membaca berita tentang seorang anggota TNI menembak kucing liar demi alasan menjaga kebersihan lingkungan si anggota TNI, saya tersadar. Ada yang salah dengan sebutan kucing liar di sini.
Habitat kucing liar adalah gurun, sabana, dan hutan terbuka, di sana mereka dapat dengan mudah menangkap hewan buruan sebagai makanannya. Tempat dengan cukup air adalah pilihan kucing hutan di mana ia dapat minum air bersih setiap saat. Serta tempat di mana dia dapat membuang kotorannya tanpa ada yang merasa terganggu.
Kucing yang ada di area pemukiman, jelas tidak hidup di habitatnya, mereka tidak dengan mudah menemukan hewan buruan sebagai makanan untuk keberlangsungan hidupnya. Tidak heran banyak cerita kucing mati atau setengah mati gegara disiram minyak panas karena mencuri makanan.
Tidak heran pula banyak yang mati terserang penyakit ginjal akibat kekurangan minum. Lihat sekeliling kita, penuh jalanan beraspal dan bangunan berdinding beton. Adakah air bersih ketika haus dirasakan oleh mereka? Mereka juga tidak mudah menemukan tanah atau pasir untuk mengubur kotorannya.
Kucing, dibawa oleh nenek moyang kita dari hutan, dijadikan peliharaan untuk membantu mengamankan hasil panen di lumbung dari hewan pengerat. Lalu ketika populasinya menjadi tidak terkendali, mereka pun dilepas-liarkan. Bukan ke hutan tempat asalnya, tapi ke jalanan.
Sungguh luar biasa bukan kekuasaan manusia, sehingga bisa dengan mudahnya menentukan nasib dan kehidupan makhluk hidup lainnya.
Sekarang setelah terdampar ditengah lingkungan manusia, apa yang harus dilakukan?
Tidak ada yang bisa mereka lakukan, kecuali meneruskan takdirnya, ada manusia yang memandang mereka dengan belas kasihan dan berkenan membagi sedikit rezeki dengan memberikan mereka makan, namun tidak sedikit pula yang mencap mereka sebagai hama pengganggu karena jumlahnya yang banyak ketika populasinya tidak terkontrol.