"Ireeene, kenapa kamu sering pulang malam? Gak pernah pake bilang lagi!" teriak Mira
"Gak sering kali Maaa..!!", balas Irene sengit sambil menyelonong masuk ke kamar dan langsung menutup pintu kamarnya.
Mira hanya bisa mengelus dada. Kegelisahannya menanti anak pulang, berganti dengan kegusaran melihat sikap Irene yang acuh tak acuh. Apa yang salah ya?
Kesalahannya terletak pada cara Mira berkomunikasi. Ya, cara berkomunikasi yang dilakukannya membuat Irene tidak nyaman dan kesal terhadap ibunya.
Apa itu komunikasi?
Komunikasi adalah transmisi pesan dari suatu sumber kepada penerima, demikian dikatakan oleh seorang pakar kominikasi, Stanley J. Baran. Sederhana kan? Cuma tinggal ngomong, apa susahnya?
Ternyata menyampaikan pesan tidak sesederhana itu. Dibutuhkan keterampilan dalam menyampaikan pesan, alih-alih paham, lalu menerima, dan mau melaksanakan sesuai isi pesan. Cara penyampaian yang keliru malah membuat penerima pesan "menutup" telinganya rapat-rapat.
Apa yang salah pada cara Mira berkomunikasi?
Mira menggunakan violent communication, komunikasi yang keras dan membuat Irene kesal. Kata-kata seperti: sering, selalu, tidak pernah, saat membicarakan kesalahan seseorang akan membuat lawan bicara merasa dihakimi.
Marshall dalam bukunya yang berjudul Nonviolent Communication menjelaskan bahwa seyogyanya saat berbicara dengan seseorang, kita hindari kata-kata yang dapat membuat lawan bicara merasa dicap buruk/dihakimi. Hasil observasi disampaikan, namun tidak perlu memberikan evaluasi/penilaian yang melabel seseorang.
Seharusnya yang dilakukan adalah "menyajikan data" dan mengajak lawan bicara mencermatinya, sebelum lanjut ke pembicaraan selanjutnya. Tentunya dengan intonasi biasa yang tidak memancing emosi negatif lawan bicara.
Untuk jelasnya dapat dilihat perbandingan dibawah ini.