Engkong Felix, pedagang pasar Rimbun Gede dimusuhi pedagang lain, gegaranya kios Engkong mendadak menyedot semua pelanggan kios lain. Satu blok pasar sudah melotot tiap Engkong lewat.
Begini ceritanya..................
Tidak ada angin, tanpa hujan, semua langganan pedagang satu demi satu pindah ke kios Engkong.
Konspirasi pelenyapan Engkong secara kasak-kusuk dimulai di sudut-sudut warung di tikungan jalan. Setidaknya, Engkong perlu dibuat diare seminggu, atau sebulan tifus, supaya mereka bisa kembali merebut pasar. Tapi sejauh ini masih berupa usulan dan wacana, tidak ada yang berani mengacungkan jari sebagai pelaksana.Â
Kegelisahan ini mulai dirasa sejak beberapa bulan lalu, awalnya disangka laris manisnya Engkong hanya sementara, bagai bunga lalang jumpa angin kencang,'wes ewes ewes, bablas lalang ne... Â begitu harapannya.
Tapi ternyata makin kesini keadaan malah makin buat semua pedagang setengah gila. Omzet penjualan mereka terus  turun terencana, ya, semua pedagang yakin,  Engkong pasti sudah merencanakan semua ini dengan matang.Â
Acek Rudy, pedagang minyak goreng kios depan, kehilangan pelanggan separuh, yang masih sudi mampir pun hanya karena  belanja sambil tanya-tanya tentang Kamasutra. Ups, bukan bagian bab yang kalian sukai ya, Acek cuma buka diskusi untuk bagian Gonikaputra, ikatan emosi pada pasangan.Â
Kang Budi  penjual kecap, lebih kelabakan lagi. Seminggu belum tentu terjual satu botol kecap, padahal Kang Budi sudah banting harga sampe dasar, sudah pula  pasang photo Maudy Ayunda  segede gaban di depan kios dan cetak ukuran kartu pos sebagai hadiah buat yang beli kecap 3 botol sekaligus.Â
Apa sih yang diperbuat Engkong? Kenapa penjualan  kios seisi pasar  drop dan pelanggan pada beralih ke kios Engkong? Apa Engkong habis bikin perjanjian dengan Badarawuhi? Ah, tidak mungkin, dengar lolongan anjing saja Engkong langsung manggil cucu minta ditemani tidur, mana ada nyali ke Desa Penari buat meeting dengan Badarawuhi.
Akhirnya dikirimlah Willi, pemuda soleh nan lugu untuk memata-matai Engkong. Willi, pedagang paling muda diantara mereka, dijamin  memiliki penglihatan paling tajam, bisa jadi ketajaman mata Willi mengalahkan penglihatan mata anak indigo dengan kesolehannya, sehingga  data yang didapat tidak perlu diragukan lagi.
Hari itu Willi tutup kiosnya, khusus untuk menunaikan tugas "kenegaraan", eh, "kepasaran". Dipilih topi terlebar dan kacamata tergelap supaya Engkong tidak mengenalinya. Â Seisi pasar harap cemas menunggu jam berdentang 1 kali, sebagai tanda berkumpulnya perwakilan kios di warung di tikungan jalan.