Mohon tunggu...
Prajna Dewi
Prajna Dewi Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru yang terus berjuang untuk menjadi pendidik

Humaniora, parenting, edukasi.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Episode Anak Pergi

20 Maret 2022   05:22 Diperbarui: 22 Maret 2022   09:01 366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Hati-hati di jalan nak..Sampai sana segera telepon mama ya" ... Cuma itu yang ku ucapkan saat keberangkatannya. 

Karena harus transit, dan ganti kartu telepone dll... dibutuhkan hampir 10 jam baru si sulung bisa telepon dan mengabari bahwa dia sudah tiba di sana. Walau singkat namun sudah cukup membuat lega mengetahui dia baik-baik saja.

Episode telepone berlanjut, keesokan harinya si sulung telepone lagi... dan lagi dan lagi... selama hampir 2 bulan dia selalu menelepone - video call setiap malam. 

Yak... ini bukan hiperbola, betul betul telepon setiap malam.  Dan dengan durasi yang tidak singkat. Setiap kali telepone minimal 3 jam. Dari posisiku duduk tegak, sampe bersandar, sampe setengah rebah, sampe duduk lagi... si sulung belum mau mengakhiri pembicaraan. 

Ada aja yang dia ceritakan, atau dia tanyakan. Awalnya aku senang sekali setiap mendapat telepon si sulung. Karena durasinya berjam jam..namun  kadang ada kalanya aku mesti mengerjakan hal lain, hingga suatu malam aku bilang ke dia "Sudahan dulu ya nak.. telepon lagi besok" Dan dia langsung menjawab "Ma... mama tahu gak, aku dengan lihat mama, dedek, lihat oma, lihat kamar... berasa di rumah ma.., kalau mama sibuk, mama taruh aja telepon nya. Tapi jangan dimatiin ma.., yang penting aku bisa tetep lihat mama, lihat rumah..." 

Oh Goshhh.... Ucapan si sulung  benar benar menyentak kesadaran ku, betapa dia merindukan aku dan rumahnya.  "Oh.. gak apa nak... gak apa...bisa nanti kok mama kerjainnya..." dan kami pun lanjut lagi ngobrol ke sana ke sini ngomongin hal hal gak penting, namun penting untuk pengobat rindu si sulung. 

Episode telepon berkurang intensitasnya setelah 2 bulan, menjadi beberapa hari sekali, dengan durasi lebih singkat, hingga menjadi seminggu sekali sampai hari ini.

Itu kejadian 5 tahun lalu. Tapi masih melekat erat di ingatanku, Betapa si Sulung merindukan rumahnya, lebih tepatnya suasana rumah beserta orang orang di dalamnya. Suasana rumah yang membuatnya merasa nyaman dan yakin disayang..

Dan perasaan itu pula lah yang mengikatnya hingga hari ini untuk tetap telepon dan meluangkan waktu ngobrol setiap minggu walaupun tentunya masa home sick/kangen rumah sudah lama ia lewati.

" Not Always Eye to Eye. But always heart to heart", tidak selalu bertemu, tapi selalu di hati...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun