Mohon tunggu...
Prajna Delfina Dwayne
Prajna Delfina Dwayne Mohon Tunggu... Penulis - Lulus dari Fakultas Hukum Universitas Katolik Parahyangan tahun 2022. Saat ini bekerja sebagai Legal Manager and Government Relationship di Rekosistem, perusahaan pengelolaan sampah berbasis teknologi.

Tujuan publikasi di Kompasiana untuk menggali potensi sebagai penulis, melatih metode penelitian, dan memperdalam kemampuan analisis. "Learn, unlearn, relearn"

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Kultur Kerja Gen Z: Tidak Seburuk yang Orang Pikirkan!

14 Juni 2024   23:53 Diperbarui: 16 Juni 2024   18:00 1885
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kultur Kerja Gen Z | ILUSTRASI: Freepik/tirachardz via Kompas.com

Apakah anda merupakan seorang Gen Z yang baru seusia jagung dalam menapaki dunia kerja? Ataukah anda merupakan seseorang yang pernah/sednag bekerja di antara para Gen Z? 

Sebagai bagian dari Gen Z, saya cukup banyak mendengar baik secara langsung maupun tidak langsung (lewat sosial media) stigma 'buruk' tentang tenaga kerja Gen Z yang berbeda dari generasi lain. Seperti: "Gen Z dikit-dikit kena mental", "Gen Z gak se-hustler generasi dulu", "nggak becus kerja", dan lain sebagainya. 

Berdasarkan pengalaman saya dan pengamatan saya terhadap sekitar yang kebetulan didominasi oleh Gen Z (teman seangkatan), terdapat beberapa ciri angkatan kerja Gen Z yang sebetulnya tidak seburuk yang orang pikirkan: 

1. Kutu Loncat 

Sebagaimana judul jurnalisme data Harian Kompas, "Meloncat-loncat, Cara Cepat Mencapai Puncak Karier", yang terbit tanggal 21 Mei 2024 justru loyalitas seolah sudah tidak dihargai lagi, melainkan dengan berpindah tempat kerja memiliki peluang yang lebih besar untuk kenaikan gaji. 

Faktanya, Gen Z sebetulnya menyadari bahwa Generasi ini merupakan calon pemimpin masa depan sehingga harus mempersiapkan diri dari sekarang. Apalagi tak sedikit Gen Z yang memiliki minat dan bakat yang kuat dan ingin segera untuk dapat 'menjual'-nya hingga mendapatkan penghasilan tapi juga mempunyai dampak positif (meaningful). 

Tapi pada kenyataannya, tidak sedikit Gen Z yang harus menjadi tulang punggung keluarganya sejak awal meniti karir (Generasi Sandwich). 

Sebaliknya, Generasi Sandwich harus berhadapan dengan jumlah yang tak sedikit para Gen Z yang memiliki prinsip bahwa gaji bukanlah hal yang paling penting dalam berkarir. Tentu saja hal ini cukup menyakitkan namun harus dihadapi. 

2. Generasi Serba Instan 

Pada suatu kesempatan saya mengikuti Leadership Training yang diadakan oleh Kantor. Pambudi Sunarsihanto, seorang Career Coach (dan sebetulnya banyak gelar lainnnya) memaparkan bahwa kita harus mengakui generasi sekarang merupakan generasi serba instan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun