Tulisan ini merupakan hasil refleksi dari pandangan pribadi penulis dan tidak merepresentasikan siapapun. Apabila terdapat kekeliruan dalam penulisan, silakan untuk menghubungi penulis agar dapat diperbaiki.Â
Beberapa kali saya mendengar kritik dari beberapa tokoh masyarakat dan termasuk penggiat literasi yang menyayangkan toko buku nasional yang jumlahnya semakin sedikit dan sulit ditemui. Kalaupun ada, sekarang sudah tidak lagi murni hanya menjual buku tapi juga merambah ke peralatan sekolah, alat tulis kantor, alat musik, hingga alat olahraga. Seolah sangat menunjukkan adanya penurunan dalam minat membaca yang tentunya berimplikasi langsung pada turunnya publikasi tulisan.Â
Buku-buku yang dipajang tetap ada yang diperbarui, namun lebih sering terlihat dan mengetahui bahwa banyak pula buku yang dicetak ulang hingga puluhan kali hanya berganti cover (tampilan depan buku) dan sebagian lainnya merupakan buku terjemahan.Â
Apabila dibandingkan dengan toko buku sebelah, setiap minggu lewat di depannya pasti sudah berubah layout buku yang dipajang dan kalau masuk ke dalam terlihat beberapa buku baru dan best seller yang belum pernah dilihat pada minggu sebelumnya. Meskipun dari luas toko, jauh lebih kecil dan minimalis.Â
Kalau saya perhatikan, Gramedia (Gramedia Asri Media) hanya 1 (satu) dari banyak perusahaan lain (anak perusahaan) yang tergabung dalam Grup Kompas Gramedia. Bisnisnya menggurita, tidak hanya tentang percetakan koran dan buku, tetapi juga menyentuh ke bisnis berbasis media digital, perhotelan (Santika), hingga Event Organiser (Dyandra) yang baru-baru ini sukses menjadi promotor NCT.Â
Upaya Kompas Gramedia dalam mendorong lahirnya penulis baru pun beragam. Ada Kompasiana sebagai wadah penuli pemula (hingga senior) untuk mulai mempublikasikan cerita, ide, dan pengalaman sehari-harinya. Ada pula pelatihan menulis yang diiklankan di Harian Kompas.Â
Akhir-akhir ini baru saya temui dari Instagram Mas Beginu, ada yang namanya akun @kognisikg, yaitu sebuah platform belajar dari Kompas Gramedia. Belum banyak yang bisa saya oprek. Tapi secara sekilas, akun ini tersambung dengan beberapa media sosial populer lainnya seperti Youtub edan Tiktok. Dan dari salah satu link pada bio Instagramnya, mengintegrasikan saya ke website e-learning (Kognisi).Â
Beberapa program yang sudah membuat saya tertarik, seperti:Â
1) Membuat Story Telling sesuai Kaidah Jurnalistik untuk Konten Kreator oleh Wisnu Nugroho (Beginu);Â
2) Memulai Karier sebagai Social Media Specialist oleh Cecilia Gandes;Â