Mohon tunggu...
Prayogo Harmadi
Prayogo Harmadi Mohon Tunggu... -

ingin hidup seperti air yang mengalir,dan sedang memulainya dari awal yang dasar, sambil belajar dengan membaca lebih banyak.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Si Vis Pacem Para Bellum - Bila Inginkan Damai, Maka Bersiaplah untuk Perang

27 Agustus 2010   03:30 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:40 1607
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Hari2 belakangan ini menjadikan saya ikut2an emosi; berita Malingsia yang memprovokasi negeri kita membuat kita semua terbakar emosi. Ini bulan ramadhan, jangan emosianlah, tapi si malingsi disana apakah juga berpikiran bahwa ini bulan ramadhan maka janganlah memprovokasi negeri jiran?? maka saya berpendapat, jangan takut emosi, karena dengan emosi atas tingkah malingsi itu, kita menunjukkan bahwa kita masih punya rasa cinta kepada negeri ini.

Sejak jaman Romawi, semboyan itu selalu cespleng dijalankan secara konsisten, bahkan jaman Gadjah Mada pun demikian pula. Rakyat tentram dan balatentara memadai, tak usah kita muluk2 bilang punya laskar yang canggih, sebab yang utama dari balatentara itu adalah semangatnya, bukan senjatanya. Istilah kerennya " man behind the gun " bukan the " GUN ' nya

Apakah kita bisa membuat rakyat dalam keadaan siap perang ??? Kenapa tidak !!!

Caranya : a. hukum mati koruptor; saat ini kambing2 di malingsi aja ikut tertawa mendengar koruptor di indonesia malah diberi grasi dan jadi bebas dari bui. Koruptor adalah musuh yang sebenarnya dalam kenegaraan Indonesia ini; kita benar2 memerlukan beberapa ekor koruptor untuk dihukum mati, untuk menjadi contoh kesungguhan keinginan memberantas korupsi.

b. benahi urusan TKI, agar pengiriman TKI illegal tak terjadi; selama masih ada TKI illegal ke malingsi, itu berarti negeri ini bodoh, dan kebodohan ini menjadi keuntungan langsung malingsi musuh kita.

c. putuskan jaringan kerja para maling kayu, maling ikan, maling batubara (di KalBar, yang diberitakan punya terowongan menuju wilayah Indonesia). Bisa menghentikan atau mengurangi frekwensi permalingan mereka itu sudah suatu langkah yang baik. Jangan berpikir kalau maling itu cuma si malingsi, tapi dibelakangnya dan dibelakangnya lagi kan masih banyak.

d.lakukan review dan revitalisasi perjanjian2 dan konsesi2 pertambangan di Indonesia, seperti dengan Freeport, Exxon, Newmont dll; Indonesia punya banyak ahli2 dan Expertis dalam bidang pertambangan itu. Saya yakin akan ada banyak relawan yang bersedia melakukan hal tersebut, kalau dibuka kesempatan itu.

Disamping point a s/d d diatas, dilakukan juga pengerahan TNI dikota2 besar seperti Banda Aceh, Medan, Pekan Baru, Batam, Singkawang, Banjarmasin, Palangkaraya, Balikpapan dan Tarakan, Makasar, Ambon, Jayapura, Merauke, masing2 satu batalyon untuk tunjukkan kesiapan kita menghadapi para maling2 tadi.

Saya terinspirasi talkshow nya Pak Permadi, orang Palestin yang tidak punya apa2 saja bisa secara refleks melakukan pelemparan batu kepada tentara israel; Negeri kita Indonesia punya Kopassus, PasKhas, Marinir dan batalyon2 angkatan darat, masak gak bisa membuat gerakan refleks yang memadai dan terukur. Kita tak perlu harus bertempur tapi harus benar2 dalam keadaan siap perang.

Seandainya pemerintah membuka pendaftaran "Sukarelawan Berani Mati" untuk perang dengan malingsi saya akan mendaftar , jari telunjuk saya sudah saya acungkan. Anda jangan menganggap saya tak punya otak untuk tindakan ini; logikanya adalah bila saya jadi sukarelawan, dikirim ke malingsi, maka saya akan mati, katakanlah secara konyol; bagi saya itu bukan konyol, karena paling tidak malingsi kehilangan peluru sepuluh buah ( diusahakan akan sepuluh buah minimal ); dan bila ada 10 juta orang seperti saya, maka malingsi akan kehilangan peluru 10 x 10.000.000 buah, atau 100.000.000 buah peluru; ini sudah cukup disebuty sebagai pelemahan laskar musuh; sesudah itu baru laskar reguler menerjang malingsi; sukarelawan, namanya aja "sukarela", akan rela sebagai faktor pelemah dan pelalai laskar musuh, yang akan bisa diterjang oleh laskar reguler.

Bila ditanya apakah benar anda sebagai sukarelawan akan rela "menyetor nyawa"? maka tanpa menangis dan tak ingin menangis kan segera menjawab " saya rela" tanpa reserve; saya tak ingin meniru salah satu calon ketua KPK, yang menangis dulu baru menjawab, waktu ditanya " apakah anda siap setor nyawa" ??? padahal itu jabatan, bukan perang atau pertempuran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun