Mohon tunggu...
pradnya paramitha
pradnya paramitha Mohon Tunggu... -

karyawati di jakarta, ingin membuat hidup menjadi lebih sederhana....

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Ritual di Negeri Orang Tak Berakal (I)

10 Agustus 2010   04:40 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:10 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Minggu sore, seorang sahabat dari kampung halaman datang ke Jakarta, dan bertandang ke rumahku, dia seorang yang aktif dalam organisasi non-profit, mahasiswa S3 sebuah PTN  di Yogya, namun masih tetap seorang idealis yang hidup melajang sebagai pilihan hidupnya.  Dalam banyak hal, diia sosok yang jauh berbeda denganku, meski demikian kami menikmati perbedaan tersebut..

Meski kadang obrolannya terasa terlalu 'tinggi' buatku, aku berusaha memahami pendapat dan keprihatinannya serta mendengarkan keluhannya.  Berikut rangkuman obrolan dengannya di teras rumahku yang tertutup pohon mangga...

Tak terasa bulan Agustus sudah datang....

Sebentar lagi akan ada lomba panjat pinang, lari karung, sepak bola sarung, tarik tambang, dan sederet permainan rakyat lainnya, yang selalu menjadi ritual yang dirayakan dalam pesta rakyat pada bulan Agustus. Masih ingat tidak, kampung kita perayaan Agustusan malah diisi juga dengan pentas kesenian rakyat seperti kuda lumping atau jathilan atau ebeg atau jenis tarian hiburan rakyat lainnya...

Masih bisakah kau menikmati itu semua.... ?

Sebenarnya fungsi sebuah ritual – ritual apapun - antara lain adalah sebagai anamnesis ( pengenangan kembali ), dan untuk menghadirkan peristiwa yang dikenang tersebut dalam kekinian. Dalam perayaan kemerdekan RI 17 Agustus yang dikenang adalah moment pembebasan dari belenggu penjajah. Selain itu, perayaan itu juga mengenangkan jasa para pahlawan dalam mengantar bangsa menuju kemerdekaan.

Tujuan anamnesis dari Agustusan adalah untuk membangkitkan atau menggelorakan kembali semangat awal. Salah satu point penting yang setiap kali harus menjadi bagian anamnesis adalah kesepakatan dan komitment founding fathers untuk mendirikan republik ini di atas segala perbedaan dan kepentingan. Tanpa adanya komitment tersebut Republik ini tidak pernah akan ada. Ada kesepakatan penting yakni bahwa negeri ini milik bersama dan harus dihidupi secara bersama-sama pula. NEGERI INI MILIK BERSAMA. Sayangnya kalimat tersebut akhir-akhir ini makin jarang ditemukan dalam realitas hidup di tengah masyarakat. Rasanya tujuan untuk menghadirkan kembali kesepakatan dan komitment founding fathers dalam kekinian memperoleh tantangan berat...

Kemanakah perginya rasa kebersamaan dalam memiliki negeri ini.... ?

Entahlah... malahan beberapa tahun belakangan ini sebuah ritual lain yang berseberangan dengan tujuan ritual kemerdekaan di atas kerap terjadi...

B E R S A M B U N G...

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun