Mohon tunggu...
Pagi Pradita
Pagi Pradita Mohon Tunggu... Lainnya - -

Penulis Kapan Saja

Selanjutnya

Tutup

Book

Tentang Novel Pasta Kacang Merah Karya Durian Sukegawa

9 Juni 2024   13:25 Diperbarui: 9 Juni 2024   13:40 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Aku tidak pernah membaca novel yang berkaitan dengan makanan sebelumnya. Pasta Kacang Merah karya Durian Sukegawa adalah yang pertama kalinya. Buku ini benar-benar manis!

Awalnya aku tidak sengaja membeli novel ini di Gramedia saat sedang mencari buku yang heartwarming. Buku ini menarik perhatianku karena sampulnya yang menggambarkan tiga orang sedang duduk di bawah pohon sakura dan judulnya yang tentang makanan. Ah, mungkin aku sedang lapar saat itu karena ke sana sepulang bekerja ~o~.

Buku ini bercerita tentang seorang pemuda bernama Sentaro yang memiliki catatan kriminal. Sehari-hari dia bekerja di sebuah kedai dorayaki milik seorang yang pernah membantunya. Bisa dibilang dia melakukannya untuk membayar utang-utangnya kepada mendiang sang pemilik. Hidupnya begitu monoton ditambah dengan kebiasaan minum alkohol yang sulit dia tinggalkan dan impian menjadi penulis yang semakin pudar. 

Namun, kehadiran Tokue, seorang wanita tua dengan jemari aneh, membuat segalanya berubah. Tokue melamar sebagai karyawan di sana dan mewariskan pengalaman lima puluh tahunnya membuat kacang merah kepada Sentaro. Seiring dengan persahabatan di antara keduanya yang mulai terjalin, tekanan masyarakat terhadap kondisi Tokue mulai mengungkap rahasia gelap yang wanita itu simpan.

Rasanya senang sekali ketika membaca bagian Tokue memberitahu Sentaro bagaimana cara membuat pasta kacang merah untuk isian dorayaki. Ternyata dalam pembuatan pasta kacang merah ada beberapa tahap yang harus dilakukan. Tahapan-tahapan itu sangat asing bagi Sentaro yang selama ini hanya menggunakan pasta kacang merah plastikan dari penyuplai. 

Selain itu, penjelasan tentang penyakit yang diderita oleh Tokue dan sejarahnya pada masa lalu di Jepang membuka pikiran kita tentang para penyintas yang menjalani hidup dengan terbatas. 

Namun, dalam keterbatasannya itu, tokoh Tokue dalam buku menjadi sosok yang menyadarkan kita tentang makna kehidupan yang sebenarnya. Ketika Tokue menyuruh untuk 'mendengarkan' segala benda di sekitar kita, mungkin respon kita akan sama seperi Sentaro, terheran-heran. Tapi pada akhir cerita, kita semua akan mengerti.

Hubungan persahabatan antara Sentaro dan Tokue yang realistis sangat kita butuhkan. Mereka saling mengisi kekosongan satu sama lain dengan cara mereka sendiri. Awalnya Sentaro ragu menerima Tokue dan kitapun memahaminya. Sementara itu Tokue juga jadi serba salah karena kondisinya.

Novel ini sangat hangat sekaligus memberi warna yang berbeda. Semuanya membekas dengan baik mulai dari pasta kacang merah, dorayaki, Toko Dora Haru, pohon sakura, tempat isolasi, Marvy (hehe kau bisa membaca bukunya jika ingin tahu dia itu siapa atau apa), surat-surat Tokue dan Wanaka Si Gadis SMP yang penuh kejutan.  Sekali lagi, buku ini benar-benar manis. Astaga, Aku jadi rindu kudapan Jepang :'). 

Oh ya, jangan lupa siapkan tisu ketika membaca surat dari Tokue. 

Selamat membaca!

"Kita terlahir untuk melihat dan mendengar dunia ini. Dunia hanya menginginkan itu" (hal.225)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun